Jakarta -
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyoroti Indonesia yang masih mengimpor LPG hingga BBM dari negara luar. Ia lalu berbicara situasi terburuk jika RI terlibat dalam peperangan maka cadangan minyak yang ada hanya untuk kapasitas 21 hari.
Hal itu disampaikan Bahlil dalam bimbingan teknis (Bimtek) Partai Golkar di Hotel Grand Paragon, Jakarta Barat, Rabu (11/12/2024). Bahlil mulanya menjelaskan jika konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) di RI sekitar 8 juta ton per tahun.
"Jadi sudah hampir 20 tahun, konsumsi LPG kita sekarang Bapak Ibu semua sekitar 8 juta ton per tahun. 8 juta ton per tahun. Produksi dalam negeri itu hanya 1,6 juta ton per tahun," kata Bahlil dalam pemaparannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut lantaran hal itu RI perlu mengimpor sampai 7 juta ton per tahun. Ia mengaku kaget saat awal menjabat sebagai Menteri ESDM terkait fakta tersebut.
"Kita impor kurang lebih sekitar 6 juta sampai 7 juta ton per tahun. saya waktu masuk menjadi menteri ESDM saya kaget. Kenapa ini bisa seperti ini?" ujar Bahlil.
"Apakah kita tidak bisa membangun industri dalam negeri. Ternyata setelah saya cek, untuk bahan baku LPG, harus memakai gas yang kadarnya itu C3 dan C4 dan itu tidak banyak di Indonesia," tambahnya.
Ia menyebut impor LPG RI mayoritas dari Amerika sebesar 60%. Ia juga menyinggung RI yang mengimpor BBM dari Singapura.
"Yang pertama, impor kita LPG ini 60% dari Amerika. Selebihnya negara middle east. Sementara impor kita BBM itu kita ambil 60% dari Singapura. Saya sampai bingung geleng-geleng kepala," ujar Bahlil.
Bahlil mengaku heran lantaran Singapura yang tidak memiliki ladang minyak tetapi bisa mengimpor BBM. Menurutnya hal ini sudah menjadi kebijakan mengakar yang semestinya bisa diubah.
"Singapura nggak punya minyak, ya, tapi dia bisa impor ke Republik Indonesia 60%. Ini saya nggak ngerti teorinya dari mana. Tapi ini adalah by desain Bapak Ibu semua, by desain yang sudah mengakar. Pertanyaan berikut adalah apakah kita siap untuk menerima kenyataan seperti ini atau kita mengubah?" tanya Bahlil kepada seluruh legislator Partai Golkar di acara itu.
Ia kemudian menyinggung terkait geopolitik. Menurutnya, jika Indonesia terlibat perang maka kapasitas minyak hanya bertahan 21 hari.
"Kalau begitu saya ingin menyatakan hari ini partai Golkar akan menjadi garda terdepan untuk menuju kepada swa sembada. ini adalah by desain bapak ibu semua, ini bicara geopolitik, jadi negara kita ini kalau mau perang ya, saya mau sampaikan, kita punya kapasitas cadangan minyak kita storage kita hanya kemampuannya 21 hari," kata Ketum Partai Golkar tersebut.
Ia menyebut jika ada perang di RI tak perlu kirim rudal. Hal ini lantaran cadangan minyak di Tanah Air sudah tidak memadai lagi.
"Jadi kalau kita ini perang nggak perlu kirim rudal, cukup saja ditahan di tengah laut, minyak nggak boleh masuk. Dan kita wayam naunal ma'un (dan enggan memberikan bantuan) semua di masing-masing daerah," ujarnya.
Adapun Kementerian ESDM memiliki rencana untuk membangun storage minyak di suatu pulau dekat dengan Singapura. Ia berharap dengan storage minyak itu, RI bisa menciptakan kedaulatan energi.
"Ke depan kita akan bangun storage di satu pulau yang berdekatan dengan Singapura, kemampuan storagenya kurang lebih sekitar 30-40 hari semua minyak boleh masuk di situ. Nanti, Pertamina beli dari situ dengan harga ekonomis global agar kita menjadi kedaulatan energi kita," imbuhnya.
(dwr/maa)