Jakarta -
PDIP DKI Jakarta menyoroti soal pemberian susu pada makan bergizi gratis (MBG) yang diberikan hanya dua kali dalam sepekan. Menurutnya, susu adalah hal penting dalam program MBG dengan membagi-bagikan susu.
"Masalah penyediaan susu setiap dua minggu sekali ini juga agak membingungkan karenakan wacana pertamanya makan bergizi ini akan disempurnakan juga dengan susu. Agak disayangkan mengingat susu juga merupakan komponen penting dalam pemenuhan gizi anak," ucap Sekretaris Fraksi PDIP DPRD DKI, Dwi Rio Sambodo, Selasa (7/1/2024).
Dia pun menyinggung kampanye program makan siang gratis oleh Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka. Dalam kampanyenya, Gibran membagi-bagikan susu kepada anak siswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apalagi Wakil Presiden Gibran juga sempat berkampanye dengan membagi-bagikan susu gratis sebagai simbol dari program kampanye makan gratis yang sekarang berubah menjadi program makan bergizi gratis. Harusnya nyambung dengan program yang direalisasikan saat ini," katanya.
Rio berharap, makanan yang dibagikan benar-benar bersandar dengan gizi yang dibutuhkan siswa. Makanan tersebut pun bukan hanya bergizi tapi bisa dinikmati dan layak disantap.
"Supaya tidak terjadi kasus keracunan seperti yang terjadi pada uji coba makan gratis di beberapa daerah di Indonesia. Karena kita tidak menginginkan timbul kasus baru dalam kebijakan yang diambil," ujarnya.
PDIP berjanji untuk mengawal program tersebut. Dia ingin setiap anggaran yang dikeluarkan bisa dimanfaatkan.
"Kami akan kawal terus program ini. Karena setiap sen yang dikeluarkan oleh rakyat itu sangat berharga," katanya.
Susu 2 Kali sepekan
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Palmerah, Jakarta Barat (Jakbar), tak menyediakan susu di menu makan bergizi. Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi menjelaskan pemberian susu dilakukan dua kali dalam sepekan.
"Akan disampaikan kurang lebih seminggu adalah 2 kali susu itu. Dan memang tidak harus susu, nanti ada variasi lainnya," kata Teguh kepada wartawan di SMPN 61, Slipi, Jakarta Barat, Senin (6/1/2025).
Selain itu, beberapa daerah juga akan menyesuaikan makanan yang akan diberikan kepada siswa. Seperti contohnya di Papua, tak memakai nasi melainkan sagu.
Meski begitu, Teguh tetap berharap kualitas dan gizi dari makanan tersebut tetap terjaga untuk siswa.
"Variasi menu ini akan selalu berganti dan nanti kami harapkan dari sisi pengawasan kualitasnya juga akan tetap terjaga dan dari pemprov kita mendukung dari aspek sosialisasi, edukasi dan juga dari penunjukan lokasi sekolah," ujarnya.
(aik/aik)