Jakarta -
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menulis buku terkait pendidikan antikorupsi. Buku itu diluncurkan oleh Satgassus Pencegahan Korupsi Polri.
Peluncuran buku digelar di PTIK, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2024). Peluncuran buku itu digelar bertepatan dengan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia).
Buku pertama yang diluncurkan berjudul 'Pendidikan Antikorupsi Transdisiplin'. Buku ini ditulis berbagai tokoh yang berpengalaman dalam pemberantasan dan pencegahan korupsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para penulis buku tersebut ialah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, mantan Pimpinan KPK Bambang Widjojanto (BW), mantan Penyidik KPK yang kini ASN Polri Novel Baswedan, mantan Koordinator Indonesia Corruption Watch Adnan Topan Husodo, mantan Pimpinan KPK Busyro Muqoddas, mantan Direktur KPK Giri Supradiono, Ketua Satgassus Pencegahan Korupsi Polri Herry Muryanto, Peneliti ICW Kurnia Ramadhana, akademisi UI Gandjar Laksamana Boanprapta, ahli hukum tata negara Bivitri Susanti, Sekretaris TII Danang Widoyoko dkk.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Foto: dok ist)
Buku berikutnya yang diluncurkan ialah Buku Orang Baik Belajar Antikorupsi (BOBA). Buku tersebut merupakan hasil kolaborasi Satgassus Pencegahan Tipidkor dengan Universitas Islam Indonesia (UII).
"Buku ini menyajikan karya yang lahir dari pemikiran, dedikasi, dan pengalaman para penulis lintas disiplin yang mencakup perspektif hukum, ekonomi, sosiologi, politik, serta nilai-nilai moral dan etika," Kasatgassus Pencegahan Korupsi Polri, Herry Muryanto
"Buku ini mengupas tuntas 13 kasus korupsi dari berbagai sektor yang pernah kami tangani selama di KPK seperti Pelayanan Publik, Sumber Daya Alam, Politik, hingga Penegakan Hukum, dengan analisis detail modus operandi, pola penyalahgunaan kekuasaan, serta dampak kerugian negara," sambungnya.
Herry menyebut korupsi merupakan kejahatan luar biasa. Dia mengatakan korupsi merusak kehidupan bangsa.
"Menghambat pembangunan, melemahkan institusi negara, merusak keadilan sosial, dan mengikis moral masyarakat," kata Herry.
Dia mengatakan Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam upaya pemberantasan korupsi. Hal itu terlihat dari skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang menurun.
"Di sinilah pendidikan memainkan peran sentral. Pendidikan antikorupsi bukan sekadar transfer ilmu, tetapi sebuah proses transformasi nilai yang bertujuan untuk menciptakan generasi yang tidak hanya memahami dampak korupsi tetapi juga memiliki keberanian untuk melawan praktik-praktik koruptif," jelas dia.
Melalui dua buku tersebut, Herry mendorong masyarakat dapat berkomitmen memerangi korupsi. Dia juga berharap buku itu dapat memperkuat tekad membangun Indonesia yang lebih bersih, transparan, dan berkeadilan.
"Semoga karya ini dapat menjadi cahaya kecil yang menerangi langkah kita menuju bangsa yang bebas dari korupsi. Bangsa yang kuat karena dijaga oleh masyarakatnya yang menjunjung kejujuran dan keadilan, serta menginspirasi lebih banyak lagi pribadi-pribadi yang berdiri untuk kebenaran," harapnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya: