Jakarta -
Banjir luapan air laut (rob) di Muara Angke, Jakarta Utara (Jakut), berimbas pada aktivitas wisatawan ke Kepulauan Seribu. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan menggunakan kapal tradisional mencapai 80 persen.
Pimpinan Operator Kapal Tradisional Pelabuhan Muara Angke, Juanto Bayu Setya, menjelaskan pengaruh banjir rob terhadap penurunan wisatawan dimulai sejak November 2024. Selain itu, prediksi cuaca dari BMKG membuat calon wisatawan berpikir dua kali untuk berkunjung ke Kepulauan Seribu.
"Hitungan penurunan itu hampir 75-80 persen dari situasi sebelum banjir rob dan cuaca buruk. Per bulan ini (Desember) biasanya kita sudah di angka 15-20 ribu (wisatawan), ini baru 6.000," kata Juanto saat berbincang dengan detikcom di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Sabtu (28/12/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juanto menyebut, bila kondisi cuaca dam situasi normal, kunjungan wisatawan bisa mencapai belasan hingga puluhan ribu orang sejak 2014. Penurunan sempat dirasakan terjadi pada pandemi COVID-19 dan situasi banjir rob 2024.
Pelaku pariwisata berharap infrastruktur menuju Dermaga Kali Adem diperbaiki agar wisatawan tak terputus akses ketika terjadi banjir rob. (Taufiq S/detikcom)
"Kalau tahun lalu (bulan Desember) bisa di angka sekitar 25-30 ribu wisatawan," jelasnya.
Bagi Juanto, penurunan angka wisatawan itu berimbas pada ongkos operasional kapal yang tidak tertutup. Misalnya, satu kapal berkapasitas 150 sampai 300 penumpang, tapi calon penumpang yang mengisi keberangkatan hanya 10 orang.
"Hari Sabtu ini, seharusnya kan memang rame. Dan jumlah penumpang tadi yang biasanya normalnya 2.000-2.500, tadi hanya 900 sampai menjelang sore ini," ucapnya.
Harapan Infrastruktur Diperbaiki
Juanto berharap pemerintah DKI Jakarta memperhatikan masalah ini. Mereka bisa berupaya agar infrastruktur menuju Pelabuhan Muara Angke diperbaiki.
Tahun lalu disebutkan ada 25-30 ribu wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Seribu via Dermaga Kali Adem Muara Angke. (Taufiq S/detikcom)
"Kami sih berharap sekali untuk akses jalannya saja dulu. Karena pelabuhan sudah taraf internasional, sangat baik. Ini pelabuhannya, baik juga pelayanan dan juga kondisi pelabuhannya, saranan-prasaranya cukup bagus," jelasnya.
"Tetapi jalannya ini yang membuat para wisatawan ini malas. Karena, pertama, kemacetan, yang keduanya banjir rob. Banyaklah pernak-pernik di jalanan ini," sambung dia.
Kata Juanto, akhir tahun biasanya jadi salah satu momen lonjakan jumlah wisatawan ke Kepulauan Seribu. Namun kini sebaliknya, ruang tunggu penumpang tampak sepi, kapal-kapal hanya terparkir rapi di dermaga.
"Itu malam 31 (Desember) sampai tanggal 1 (Januari) atau malam tanggal 30 sampai tanggal 1-nya, itu biasanya sudah di angka 4.000-5.000. Hari ini saja masuk tanggal 28, ini baru untungan 900. Minggu kemarin lebih memprihatinkan lagi, cuma 550 orang," ungkapnya.
(jbr/jbr)