Jakarta -
Menara pengawas Bandara Internasional Muan, Korea Selatan sempat memberikan peringatan bird strike atau gangguan serangan burung sebelum pesawat Jeju Air kecelakaan. Peringatan itu dikeluarkan enam menit sebelum kecelakaan maut terjadi.
Dikutip Yonhap, Minggu (29/12/2024), menurut jumpa pers Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi yang mengawasi keselamatan penerbangan, menara pengawas mengeluarkan peringatan pada pukul 08.57 pagi waktu setempat.
Pilot pesawat kemudian mengumumkan mayday pukul 8:58 pagi dan berusaha mendarat pada pukul 9 pagi. Namun tiga menit kemudian pesawat tergelincir pada pukul 9:03 pagi saat mendarat tanpa roda pendaratan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat mencoba mendarat di landasan pacu No 1, menara kontrol mengeluarkan peringatan serangan burung dan pilot mengumumkan mayday tak lama setelahnya," kata kementerian tersebut.
Para pejabat mengatakan menara kontrol memberikan izin untuk mendarat di arah yang berlawanan di landasan pacu, setelah itu pilot mencoba mendarat hingga melewati landasan pacu dan menabrak dinding.
Bahaya Pesawat Menabrak Burung
Meskipun belum diketahui persis apa dan bagaimana kecelakaan Jeju Air terjadi yang terjadi, tabrakan burung merupakan risiko umum dan nyata bagi pesawat terbang. Tabrakan ini dapat merusak pesawat, bahkan mengakibatkan kematian.
Mengutip CNN, fenomena bird strike adalah tabrakan antara pesawat terbang dan burung, meskipun definisinya terkadang diperluas untuk mencakup tabrakan di darat dengan hewan darat termasuk rusa, kelinci, anjing, dan lain-lain.
Unggas air, burung camar, dan burung pemangsa adalah jenis burung yang paling umum bertabrakan dengan pesawat di udara, menurut laporan yang dikumpulkan oleh Bird Strike Committee yang berpusat di Amerika Serikat (AS).
Tabrakan burung pertama kali dicatat oleh Orville Wright pada 1905, di atas ladang jagung di Ohio, AS. Kini, tabrakan ini terjadi setiap hari, dengan beberapa variabilitas musiman karena pola migrasi burung.
Profesor Doug Drury, kepala bidang penerbangan di CQUniversity Australia menyebutkan, tabrakan burung migrasi yang paling terkenal mungkin adalah yang terjadi pada 2009, ketika penerbangan 1549 US Airways bertemu dengan sekawanan angsa Kanada yang sedang bermigrasi, tak lama setelah lepas landas dari Bandara LaGuardia di New York, AS.
Kedua mesin pesawat rusak, dan kapten Sully Sullenberger terpaksa menerbangkannya hingga mendarat tanpa mesin di Sungai Hudson. Peristiwa ini bahkan diabadikan dalam sebuah film berjudul 'Sully' yang diperankan oleh aktor Tom Hanks.
Tempat Rawan Terjadi Bird Strike
Menurut International Civil Aviation Organization, 90% tabrakan burung terjadi di dekat bandara. Sebuah studi yang dilakukan pada 2020 oleh peneliti Jerman di Delft University of Technology dan Netherlands Institute of Flight Guidance di German Aerospace Center, mengamati tingkat tabrakan burung per pergerakan pesawat di beberapa negara di seluruh dunia.
Ditemukan bahwa Australia memiliki tingkat tabrakan burung tertinggi, hampir delapan untuk setiap 10 ribu pergerakan pesawat. AS memiliki tingkat terendah yaitu 2,83.
Secara umum, ini terjadi saat pesawat lepas landas atau mendarat, atau terbang di ketinggian rendah tempat sebagian besar aktivitas burung terjadi.
"Dampak tabrakan burung bergantung pada banyak faktor, termasuk jenis pesawat. Dampaknya mungkin termasuk mematikan mesin," kata Profesor Drury.
Pada pesawat yang lebih kecil, terutama pesawat bermesin tunggal, tabrakan burung dapat berakibat fatal. Sejak 1988, 262 kematian akibat tabrakan burung telah dilaporkan secara global, dan 250 pesawat hancur.
Upaya Hindari Tabrakan Burung
Peristiwa tabrakan burung paling sering terjadi di pagi hari atau saat Matahari terbenam. Ini adalah waktu ketika burung paling aktif. Pilot dilatih untuk waspada selama waktu-waktu tersebut.
Radar dapat digunakan untuk melacak kawanan burung. Namun, teknologi ini berbasis darat dan tidak tersedia di seluruh dunia sehingga tidak dapat digunakan di mana-mana.
Dua produsen jet penumpang terbesar, Boeing dan Airbus, menggunakan mesin turbofan. Mesin ini menggunakan serangkaian bilah kipas untuk memampatkan udara sebelum menambahkan bahan bakar dan api untuk mendapatkan daya dorong yang dibutuhkan untuk lepas landas.
Serangan burung pada salah satu mesin ini dapat menyebabkan kerusakan parah pada bilah kipas, yang menyebabkan mesin rusak. Produsen mesin akan menguji keamanan mesin ini dengan menembakkan ayam beku dengan kecepatan tinggi ke arah mesin saat mesin beroperasi dengan daya dorong penuh.
Otoritas keselamatan penerbangan sipil umumnya memiliki manajemen bahaya satwa liar dan menguraikan apa yang harus dilakukan bandara untuk menjauhkan burung dan hewan dari sekitar bandara.
Profesor Drury mencontohkan, salah satu teknik yang diuraikan Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil Pemerintah Australia adalah menggunakan ledakan gas kecil yang meniru suara senapan untuk mencegah burung berkeliaran di dekat landasan pacu.
"Di area dengan populasi burung tinggi, bandara mungkin juga menggunakan rumput dan tanaman tertentu yang tidak menarik burung," tutupnya.
Hingga kini, korban tewas kecelakaan pesawat Boeing 737-800 Jeju Air sebanyak 179 orang. Sejauh ini korban yang teridentifikasi baru 22 orang.
Badan Pemadam Kebakaran Nasional terus memperbarui jumlah korban tewas. Pesawat Jeju Air diketahui membawa 181 penumpang, di mana 175 penumpang dan enam awak pesawat.
Saksikan pembahasan lengkap hanya di program detikPagi edisi Senin (30/12/2024). Nikmati terus menu sarapan informasi khas detikPagi secara langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 08.00-11.00 WIB, di 20.detik.com, YouTube dan TikTok detikcom. Tidak hanya menyimak, detikers juga bisa berbagi ide, cerita, hingga membagikan pertanyaan lewat kolom live chat.
"Detik Pagi, Jangan Tidur Lagi!"
(vrs/vrs)