Jakarta -
Arimbi Dwi Widayanti (ADW), mantan istri pria Solo Yudi Setiasno, menghadiri audiensi di Komisi III DPR yang digelar tertutup. Arimbi membantah keterangan Yudi sebelumnya mengenai kasus dugaan pemerkosaan terhadapnya yang sempat dilaporkan ke polisi pada 2017.
Audiensi itu digelar di rapat Komisi III DPR, Senayan, Jakarta, Senin (30/12/2024). Ketua Komisi III DPR Habiburokhman memimpin rapat audiensi secara tertutup.
Kuasa hukum Arimbi, Mohammad Arnaz, menyampaikan bantahan-bantahan atas pernyataan Yudi di hadapan Komisi III DPR. Namun, kata Arnaz, Yudi mengelak dan menyebut ada saksi terkait kasus dugaan pemerkosaan tetapi sudah meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sampaikan terkait perkara Nomor 391 tertanggal 3 Oktober 2017 sudah dicabut oleh pelapor, yaitu Ibu Arimbi tertanggal 20 November 2017," kata Arnaz.
"Bahwa apa yang disampaikan Saudara Yudi itu tidak benar. Namun Yudi mengelak dan mengatakan ada saksi namun saksi sudah meninggal dunia," lanjutnya.
Arnaz mengatakan, sejak bercerai dengan Yudi, Arimbi tidak mendapat akses untuk bertemu anaknya. Arnaz menyebut Yudi diduga menelantarkan anaknya lantaran tidak sekolah selama di bawah asuhan Yudi.
"Bahwa Arimbi dan Yudi sudah bercerai sejak 2018. Dan sejak bercerai, Arimbi tidak pernah ketemu dengan anaknya dan selalu dihalangi untuk bertemu. Dan kemarin saya minta dibantu komisi untuk dipertemukan ibu dan anaknya. Namun mereka justru marah-marah di depan Komisi III, intinya anak tidak mau bertemu dengan ibunya," kata Arnaz.
Lebih lanjut, Arnaz meminta lembaga perlindungan anak dan perempuan agar dapat mengembalikan akses dan asuh Arimbi kepada anaknya. Dia meminta Yudi tidak memanfaatkan anaknya untuk kepentingan pribadinya.
"Maka karena itu kami akan minta bantuan kepada perlindungan anak dan perempuan untuk bisa mendapatkan atau mengembalikan anak kepada asuhan ibunya. Karena saat diasuh bapaknya, anak malah tidak sekolah. Dan itu membuat Ibu Arimbi semakin khawatir," kata Arnaz.
"Dan saya minta kepada Yudi untuk tidak memanfaatkan anak untuk mencari popularitas dengan membuat gerakan-gerakan selamatkan K (inisial anak)," lanjut dia.
(fca/gbr)