Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa program hilirisasi yang dilakukan oleh pemerintah sudah memberikan nilai tambah yang berlipat-lipat ganda.
Bahlil menyebutkan bahwa nilai ekspor nikel di tahun 2018-2019 hanya sebesar US$ 3,3 miliar setara Rp 55,42 triliun (asumsi kurs Rp 16.800 per US$). Sedangkan, nilai ekspor nikel setelah dilakukan hilirisasi dalam negeri terhitung tahun 2023-2024 mencapai US$ 35 miliar setara Rp 587,84 triliun.
"Nikel ekspor kita pada 2018-2019 itu tidak lebih dari US$ 3,3 miliar. Dan ini terus saya harus katakan, ketika kita menyetop ekspor ore nikel, dan kita membangun hilirisasi, di 2023-2024 ekspor kita pada sektor hilirisasi nikel itu sudah mencapai US$ 34 miliar, sampai US$ 35 miliar," jelasnya saat ditemui di sela acara Pembukaan Global Hydrogen Ecosystem Summit & Exhibition (GHES) 2025, di JCC, dikutip Rabu (16/4/2025).
Adapun, Bahlil menyebutkan hilirisasi sendiri bisa menambah pendapatan negara dan meningkatkan pendapatan per kapita. Dia menilai, sebuah negara harus melakukan hilirisasi dan industrialisasi untuk bisa menjadi negara maju.
"Kalau ditanya apa sih instrumen pertumbuhan ekonomi kita dalam rangka pencipta lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk meningkatkan GDP dan meningkatkan pendapatan perkapita kita, yaitu hilirisasi," katanya.
Untuk itu, Bahlil mengatakan program hilirisasi yang saat ini digencarkan di dalam negeri bahkan mencapai 28 komoditas dengan total investasi yang dibutuhkan mencapai US$ 550 miliar setara Rp 9.249 triliun.
"Atas arahan Bapak Presiden, kami telah memetakan hilirisasi di sektor pertambangan oil and gas, perikanan, kehutanan, pertanian, yang total itu kurang lebih sekitar 28 komoditas. Ada 28 komoditas yang kami siapkan dengan total investasi sampai dengan 2040 itu kurang lebih sekitar US$ 500 sampai dengan US$ 550 miliar," bebernya.
Sedangkan, total investasi yang sudah disetujui untuk tahap pertama program hilirisasi di tahun 2025 ini mencapai US$ 40 miliar setara Rp 672,82 triliun. "Dan hilirisasi ini sebagai bentuk daripada penciptaan kawasan pertumbuhan ekonomi baru," tandasnya.
28 Komoditas Dihilirisasi
Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/BKPM, berikut komposisi cadangan 28 komoditas di Indonesia terhitung dalam lingkup global:
1. Nikel (42%) no. 1 di dunia
2. Timah (16,3%) no. 2 di dunia
3. Tembaga (3%) no. 11 di dunia
4. Bauksit (4%) no. 6 di dunia
5. Besi baja (0,94%) no. 16 di dunia
6. Emas perak (emas 5%, perak 2%)
7. Batu bara no. 7 di dunia
8. Aspal buton (3,91%) no. 3 di dunia
9. Minyak bumi (0,1%) no. 5 di Asia Pasifik
10. Gas bumi (0,7%) no. 4 di Asia Pasifik
11. Sawit (58,7%) no. 1 di dunia
12. Kelapa (27%) no. 1 di dunia
13. Karet (27%) no. 2 di dunia
14. Biofuel (59%) no. 1 di dunia hanya dari sawit
15. Kayu balok (4%) no. 6 di dunia
16. Getah pinus (13%) no. 3 di dunia
17. Udang (16%) no. 3 di dunia
18. Ikan TCT (21%) no. 1 di dunia
19. Rajungan (3%) no. 2 di dunia
20. Rumput laut (28%) no. 2 di dunia
21. Potensi lahan garam potensi 47.734 hektar
22. Pasir silika (0,9%) no. 18 di dunia
23. Mangan (3,2%) no. 7 di dunia
24. Kobal (7,19%) no. 3 di dunia
25. Logam tanah jarang cadangan 227.976 ton
26. Kakao (4%) no. 7 di dunia
27. Pala (31,2%) no. 1 di dunia
28. Tilapia (22,1%) no. 1 di dunia.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Wamen Investasi Blak-blakan Soal Hilirisasi Batubara
Next Article Daerah RI Ini Ketiban 'Durian Runtuh' Gegara Hilirisasi