Jakarta, CNBC Indonesia - Ratusan warga Palestina di Gaza utara turun ke jalan dalam aksi protes terbesar terhadap kelompok Hamas sejak serangan 7 Oktober. Massa yang sebagian besar terdiri dari laki-laki meneriakkan slogan anti-Hamas, menyerukan diakhirinya perang dengan Israel, dalam demonstrasi yang terjadi pada Selasa (25/3/2025) malam di Beit Lahia, tepatnya di depan Rumah Sakit Indonesia.
Video dan foto yang beredar luas di media sosial menunjukkan para demonstran meneriakkan "Hamas keluar" dan "Hamas teroris", menandakan meningkatnya ketidakpuasan terhadap kelompok tersebut. Protes ini terjadi di tengah serangan udara intensif Israel yang dilanjutkan setelah gencatan senjata selama hampir dua bulan berakhir.
Sejumlah peserta aksi juga membawa spanduk bertuliskan "Hentikan perang" dan "Kami ingin hidup damai". Beberapa laporan menyebutkan bahwa seruan untuk bergabung dalam aksi ini disebarluaskan melalui aplikasi perpesanan Telegram.
"Saya tidak tahu siapa yang mengorganisir protes ini," ujar salah satu peserta kepada AFP. "Saya ikut serta untuk menyampaikan pesan dari rakyat: Cukup sudah dengan perang ini," tambahnya.
Ia juga mengeklaim telah melihat anggota keamanan Hamas yang menyamar dengan pakaian sipil berusaha membubarkan aksi tersebut.
Majdi, seorang demonstran lainnya yang enggan menyebutkan nama lengkapnya, menuturkan bahwa warga sudah merasa lelah dengan konflik yang terus berkepanjangan. "Jika meninggalkan kekuasaan di Gaza adalah solusi, mengapa Hamas tidak menyerahkannya demi melindungi rakyat?" katanya kepada AFP.
Selain di Beit Lahia, aksi serupa juga terjadi di kamp pengungsi Jabalia di bagian barat Kota Gaza. Rekaman yang beredar menunjukkan puluhan orang membakar ban dan meneriakkan tuntutan untuk mengakhiri perang. "Kami ingin makan," seru mereka dalam aksi tersebut.
Beberapa warga Gaza memprediksi bahwa demonstrasi ini dapat meluas ke bagian lain dari wilayah yang dilanda perang, mengingat masyarakat telah mengalami penderitaan dan kelelahan akibat konflik yang berkepanjangan.
Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, protes dengan skala lebih kecil telah terjadi di Gaza, terutama untuk menuntut diakhirinya perang. Banyak slogan yang terdengar dalam aksi Selasa malam mengingatkan pada gerakan "Bidna N'eesh" atau "Kami Ingin Hidup", yang muncul dalam protes ekonomi di Gaza pada 2019.
Saat itu, Hamas menindak keras demonstrasi tersebut dan menuduhnya dimobilisasi oleh rival politik mereka, Fatah.
Israel telah lama menyerukan warga Gaza untuk melawan Hamas, kelompok yang menguasai wilayah tersebut sejak 2007. Perang yang berlangsung lebih dari 17 bulan ini telah menghancurkan Gaza, diperburuk dengan kondisi kemanusiaan yang makin memburuk setelah Israel menutup akses bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut sejak 2 Maret, sebagai upaya menekan Hamas agar membebaskan sandera Israel.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 792 warga Palestina telah tewas sejak Israel melanjutkan operasi militer mereka. Adapun serangan 7 Oktober 2023 menewaskan 1.218 orang, sebagian besar warga sipil, berdasarkan data yang dihimpun AFP dari sumber resmi.
Sebagai balasan, Israel melancarkan agresi militer yang telah menyebabkan lebih dari 50.021 warga Palestina tewas, sebagian besar adalah warga sipil, menurut laporan Kementerian Kesehatan di Gaza.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Israel Tembak Rumah Sakit, 2 Tewas
Next Article Sudah Sepakat Gencatan Senjata, Israel Masih Sibuk Bombardir Gaza