Perang Dagang AS-China Mulai Adem, Sri Mulyani Cs Beri Kabar Penting

6 hours ago 1
  • Pasar keuangan RI lagi-lagi bergerak beragam, IHSG berhasil melesat lebih dari 1% dan obligasi diburu investor, tetapi rupiah masih terpuruk terhadap dolar AS.
  • Wall Street kembali berpesta
  • Pasar keuangan hari ini cenderung minim sentimen tetapi masih ada pengaruh dari kebijakan BI rate kemarin dan memonitor perang dagang antara AS dan China lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar keuangan RI masih bergerak beragam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan obligasi parkir di zona hijau, tetapi rupiah masih terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pasar keuangan hari ini diharapkan bergerak kompak menguat di tengah banyaknya sentimen positif. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada penutupan perdagangan kemarin Rabu (23/4/2025) berakhir menguat signifikan 1,47% ke posisi 6.634,37. Ini menandai penguatan selama empat hari beruntun.

Adapun nilai transaksi yang terjadi sepanjang perdagangan kemarin mulai ramai sebanyak Rp13,65 triliun, melibatkan 21,94 miliar lembar saham yang ditransaksikan 1,28 juta kali. Namun, investor asing kembali mencatat net sell sebesar Rp 347,3 miliar, setelah hari sebelumnya membukukan net inflow.

Tercatat ada 412 saham menguat, 193 saham melemah, dan sisanya 201 saham stagnan. Sementara itu, kapitalisasi pasar atau market cap mencapai Rp11.541 triliun.

Hampir seluruh sektor dalam tren penguatan, hanya sektor basic materials yang melemah 0,52%.

Sektor yang naik paling kencang ada Real Estate sebesar 6,91%. Sektor Financials berada di posisi kedua dengan kenaikan 2,42%, diikuti oleh sektor Healthcare yang naik 2,11%.

Selanjutnya, sektor Consumer Non-Cyclicals dan Utilities mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 1,73% dan 1,63%. Sektor Consumer Cyclicals mengalami peningkatan sebesar 1,39%, sementara sektor Industrials hanya tumbuh 0,45%. Dua sektor dengan performa paling rendah adalah Energy dan Technology, masing-masing hanya naik sebesar 0,44%

Sementara dari sisi konstituen, dua emiten bank pelat merah RI menopang kenaikan IHSG paling banyak, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebanyak 19,91 poin dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 15,88 poin.

Diikuti saham bank swasta terbesar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan kontribusi sampai 15,36 poin, lalu PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebanyak 9,14 poin, dan emiten properti jumbo PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) sebanyak 6,66 poin.

Beralih ke pergerakan mata uang Garuda pada perdagangan kemarin terpantau keok terhadap dolar AS meskipun Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan.

Merujuk data Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada kemarin ditutup di posisi Rp16.860/US$ atau terkoreksi 0,06% dalam sehari.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada kemarin pukul 14:58 WIB, tampak menanjak 0,28% ke angka 99,19 atau lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya (22/4/2025) di posisi 98,92.

Rupiah tertekan terhadap dolar AS meskipun BI pada kemarin memutuskan menahan suku bunga acuannya di level 5,75%. Sikap ini telah dilakukan selama tiga bulan beruntun atau sejak Februari 2025.


"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 April 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (23/4/2025).

Hal ini selaras dengan konsensus CNBC Indonesia Research yang dihimpun dari 19 lembaga/institusi secara mayoritas memberikan proyeksi bahwa BI tampaknya akan menahan suku bunganya di level 5,75% pada bulan ini. Namun demikian, ada tiga institusi yang memperkirakan bahwa BI akan menurunkan suku bunganya ke 5,50%.

Beralih ke pasar surat utang, pada perdagangan kemarin terpantau mulai diburu investor setelah berhari-hari di zona merah.

Hal tersebut tercermin dari yield obligasi yang mulai turun setelah tiga hari beruntun naik. Merujuk data Refinitiv, yield obligasi 10 tahun RI mengalami penurunan sebesar 4 basis poin (bps) dalam sehari dari 6,99% menjadi 6,95%.

Sebagai catatan, pergerakan yield dan harga pada obligasi itu berlawanan arah. Jadi, dengan penurunan imbal hasil menunjukkan harga sedang naik atau obligasi sedang diburu investor.

Pages

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |