Kisah Lebaran Pertama RI, Salat Idulfitri di Gedung Proklamasi Batal

2 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Suasana Lebaran selalu identik dengan suka cita. Namun, hal berbeda terjadi saat Lebaran pertama Indonesia setelah menjadi negara merdeka.

Lebaran pertama ini terjadi tak lama setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Dalam kalender Islam, tanggal 17 Agustus bersamaan dengan 9 Ramadan 1334 Hijriah. Artinya, proklamasi dilaksanakan di hari ke-9 puasa.

Maka, 21 hari kemudian adalah 1 Syawal. Tanggal saat semua umat Muslim merayakan hari kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa. Hanya saja, pada Lebaran pertama sebagai negara merdeka, masyarakat Indonesia tak banyak melakukan suka cita.

Alasannya karena situasi yang tidak kondusif. Kala itu, tentara Jepang masih berkeliaran dan bertugas mengamankan situasi. Tentara Jepang ditugaskan untuk menjaga keamanan Indonesia sebelum pasukan sekutu datang. Dampaknya, segala aktivitas warga, khususnya di Jakarta, dipantau ketat.

Begitu juga kegiatan sakral seperti Salat Idulfitri. Warga tak bebas salat Idulfitri karena ada tentara Jepang. Rencana menggelar salat Idulfitri di Gedung Proklamasi di Pegangsaan Timur pun batal dilaksanakan.

Pramoedya Ananta Toer dalam Kronik Revolusi Indonesia Jilid IV (1948) menyebut, Pegangsaan Timur merupakan dianggap warga Indonesia sebagai simbol Republik Indonesia. Makanya, lokasi itu menjadi tempat salat Id, sekalipun tidak jadi dilaksanakan.

Suasana tegang juga menyelimuti Presiden Soekarno. Dia tak bisa ke mana-mana sebab dipantau tentara Jepang. Untuk menerima tamu pun harus dilakukan secara senyap. Salah satunya saat menerima Tan Malaka di rumahnya untuk membicarakan kelanjutan kemerdekaan.

Dokter pribadi Soekarno, Soeharto, dalam Saksi Sejarah (1982) menyebut, untuk menerima Tan Malaka, Soekarno harus mematikan seluruh lampu di rumah dan hanya memperbolehkan sedikit orang yang ikut bersama. Ini terjadi agar tak diketahui tentara Jepang sebab membahas topik sangat sensitif.

Topik tersebut membahas skenario siapa yang memegang tongkat estafet Indonesia jika Soekarno-Hatta dibunuh Jepang. Untungnya, skenario tersebut tak terbukti.

Suasana tegang tersebut tak berakhir pada Lebaran pertama saja. Sampai tahun-tahun berikutnya, Lebaran di Indonesia masih terasa tegang. Penyebabnya karena kedatangan pasukan Belanda yang ingin kembali menjajah kita. Situasi kembali normal ketika tahun 1950. Setelahnya umat Muslim Indonesia bisa merayakan Hari Raya penuh suka cita.


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Imaam Madrasah Jadi Wadah Anak Muslim Mengenal Islam di AS

Next Article Sedih! Warga RI Makin Pesimis Dapat Kerja

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |