Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ambruk berjamaah di tengah kekhawatiran pemberlakuan tarif kepada produsen mobil asing.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 155,09 poin, atau 0,37%, dan ditutup di 42.299,70. Indeks S&P 500 melandai 0,33% ke 5.693,31, sementara Nasdaq Composite merosot 0,53% ke 17.804,03.
Saham beberapa produsen mobil mengalami penurunan setelah Trump pada Rabu malam mengumumkan tarif 25% untuk semua mobil yang tidak dibuat di Amerika Serikat.
Tarif akan mulai berlaku pada 2 April. General Motors turun lebih dari 7%, sedangkan Ford merosot hampir 4%. Namun, saham Tesla milik Elon Musk naik 0,4%.
Beberapa analis Wall Street melihat Tesla sebagai pihak yang diuntungkan dari kebijakan tarif ini karena produksinya berbasis di dalam negeri.
Presiden AS Donald Trump telah lama membahas penerapan tarif terhadap negara-negara yang memiliki bea masuk terhadap impor AS.
Dia mengatakan bahwa tarif balasan ini akan bersifat permanen sepanjang masa jabatan keduanya.
Meski demikian, petunjuk yang diberikan presiden minggu ini mengenai tarif yang akan berlaku pada 2 April memberikan sedikit ketenangan bagi investor.
Pada Rabu, ia menyatakan bahwa tarif tersebut akan "sangat lunak" dan bersedia mengurangi tarif untuk China guna mencapai kesepakatan dengan ByteDance mengenai TikTok.
Namun, pada saat yang sama, sebagai bagian dari strategi negosiasinya, ia mengancam akan menerapkan tarif yang jauh lebih besar terhadap Uni Eropa dan Kanada jika mereka bekerja sama untuk menentang kebijakan tarif tersebut.
Pengumuman Trump ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran investor mengenai dampak tarif balasan terhadap perekonomian AS yang sudah menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
"Saya pikir yang membuat investor khawatir adalah cara kebijakan perdagangan ini diterapkan yang terkesan sembarangan," kata Sameer Samana, ahli strategi pasar global senior di Wells Fargo Investment Institute, kepada CNBC International.
Pendekatan yang diambil oleh Departemen Efisiensi Pemerintahan ini membuat orang-orang khawatir bahwa ada sesuatu yang bisa terlewatkan. Bukan kebijakannya yang menjadi masalah, tetapi cara pemerintah menanganinya.
"Jika dalam beberapa minggu ke depan kita memiliki kerangka kerja perdagangan dan tarif yang jelas, serta perusahaan dan konsumen dapat mulai mengambil keputusan dengan kepastian, mungkin semua ini hanya hambatan jangka pendek dan kita bisa kembali ke jalur semula," tambahnya.
(mae/mae)