Fadli Zon Telusuri Jejak Manusia Purba Awal Sejarah di Sangiran

5 hours ago 3

Jakarta -

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menelusuri Situs Manusia Purba Sangiran (Homeland of Java Man) di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Situs ini menyimpan jejak peradaban manusia di masa awal sejarah, yang terlihat dari bukti arkeologi dengan lima klaster yakni Bukuran, Krikilan, Manyarejo, Ngebung, dan Dayu.

Diketahui, Sangiran merupakan pusat awal sejarah peradaban manusia. Kawasan ini memiliki urutan geologi dari Pliosen atas hingga akhir Pleistosen Tengah dengan menggambarkan evolusi manusia, fauna, dan budaya dalam 2,4 juta tahun terakhir. Situs ini juga menghasilkan lantai hunian arkeologi penting yang berasal dari Pleistosen Bawah sekitar 1,2 juta tahun yang lalu.

"Berbagai temuan di kawasan ini seperti Sangiran 17 atau S17, yang merupakan temuan Homo erectus terlengkap di Asia Tenggara, serta ratusan temuan Homo erectus lainnya yang berasal dari setidaknya 1,5 juta tahun yang lalu menunjukkan betapa tuanya peradaban manusia di Indonesia," ujar Fadli dalam keterangan tertulis, Sabtu (8/2/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam evolusi manusia yang merupakan bagian kompleks dalam sejarah peradaban dunia," imbuhnya saat mengunjungi Museum Manusia Purba di Sragen, Jawa Tengah, Jumat, (7/2/2025).

Klaster Bukuran yang merupakan situs pertama di antara lima Situs Manusia Purba Sangiran merupakan titik temuan sebagian besar manusia purba jenis Homo erectus. Kawasan ini juga menampilkan fosil-fosil yang bukan hanya berasal dari Sangiran tapi dari berbagai situs paleoantropologi di seluruh dunia.

Situs ini juga menampilkan narasi audio visual yg menggambarkan kehidupan flora dan fauna purba serta diorama rekonstruksi 3 tipe Homo erectus, yaitu Arkaik, Tipik, dan Progresif, yang pernah hidup di Jawa.

Sementara itu, Klaster Krikilan yang merupakan titik kedua di Situs Manusia Purba Sangiran menampilkan temuan seperti rekonstruksi Homo erectus dari fosil Sangiran 17, tengkorak Homo erectus paling lengkap di Asia, dan juga fosil fauna purba, artefak, dan lapisan tanah tua Sangiran.

Di sini juga terdapat diorama yang menampilkan fosil hewan-hewan purba seperti gajah (Mastodon, Stegodon, dan Elephas), kerbau, banteng, rusa, dan kuda sungai.

Selain itu, juga terdapat Museum Lapangan Manyarejo yang menjadi contoh kolaborasi antara pengetahuan ilmiah dan tradisi lokal tentang penggalian dalam mencari jejak purba. Titik ini juga menyimpan berbagai fragmen tulang rusuk dan panggul gajah dan tengkorak banteng yang menunjukkan jejak binatang purba di kawasan ini.

Selanjutnya, Klaster Ngebung, yang merupakan titik keempat Museum Manusia Purba Sangiran menampilkan berbagai artefak budaya serta fosil binatang, artefak, dari Pleistosen Bawah hingga tengah yang merepresentasikan budaya manusia purba di situs Sangiran.

Museum Dayu, titik kelima di kawasan Situs Manusia Purba Sangiran, berbeda dari empat klaster lainnya. Museum ini menggambarkan evolusi lingkungan Sangiran dari rawa, pengangkatan daratan, hingga terbentuknya daratan akibat erupsi gunung api purba.

Proses tersebut terekam dalam lima lapisan tanah berurutan, dari yang tertua hingga termuda. Lapisan tersebut adalah formasi Kalibeng, Pucangan, Grenzbenk, Kabuh, dan Notopuro.

"Berbagai tinggalan yang ditemukan di lima titik di wilayah Situs Manusia Purba Sangiran ini menunjukkan betapa nenek moyang kita memiliki kontribusi besar dalam peradaban manusia di dunia dan tentunya hal ini menjadi sumber pengetahuan penting mengenai evolusi manusia, fauna, kebudayaan, dan lingkungan," tambah Fadli Zon.

"Sangat menarik menelusuri lorong waktu jejak peradaban awal sejarah peradaban manusia di Sangiran. Melalui jelajah museum, kita mampu menggali berbagai kisah masa lampau yang tidak hanya bermanfaat bagi literasi namun bukti ilmiah bahwa Indonesia adalah salah satu peradaban tertua di dunia yang patut menjadi laboratorium alam yang sangat lengkap dan saya rasa sangat langka untuk ditemukan di Asia, bahkan dunia," sambungnya.

Sangiran yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada 5 Desember 1996 menjadi lokasi ditemukannya lebih dari 50% temuan Homo erectus dunia, dan berbagai temuan fosil manusia purba lainnya seperti Meganthropus Paleojavanicus.

"Pemerintah, melalui Kementerian Kebudayaan berupaya untuk memperkuat literasi sejarah, khususnya terkait narasi mengenai Indonesia sebagai salah satu pusat peradaban tertua di dunia bagi masyarakat umum dan generasi muda yang tentu saja hal ini sangat penting bukan hanya sebagai upaya menambah pengetahuan, namun juga menanamkan rasa cinta dan bangga atas peradaban bangsa Indonesia yang besar," pungkasnya.

(akd/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |