Trump Dihukum Investor Karena Mencla-Mencle, Dolar Ramai-ramai Diobral

1 day ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) terus ambruk di tengah ketidakpercayaan dunia atas kebijakan Presiden AS Donald Trump.

Merujuk Refinitiv, pada Senin (14/4/2025), indeks dolar ada di posisi 99,939 atau terendah sejak 17 Juli 2023.

Indeks dolar atau DXY menghitung nilai tukar dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama dari negara-negara mitra dagang utama Amerika Serikat. Ke enam mata uang itu adalah euro, yen, pound sterling, dolar Kanada, krona Swedia dam Franc Swiss.

Dolar AS terus ambrik karena investor ramai-ramai menjual aset dalam redenominasi dolar. Fenomena ini terbilang tidak biasa mengingat dolar AS selama ini dianggap sebagai aset safe haven dan dicari di tengah kekacauan ekonomi atau ketidakpastian politik.

Sejumlah analis menilai dolar AS terus merosot tajam karena investor mulai memperhitungkan dampak yang semakin parah terhadap ekonomi AS akibat perang dagang yang dipicu oleh Donald Trump.

Mark Haefele, CIO di UBS Global Wealth Management memperkirakan kebijakan tarif Trump akan memperlambat ekonomi AS dalam waktu dekat dan memangkas pertumbuhan sepanjang 2025 menjadi sekitar atau bahkan di bawah 1%.

Sejumlah indicator ekonomi AS menunjukkan pemburukan. Data terbaru dari survei Universitas Michigan menunjukkan bahwa sentimen konsumen April anjlok ke 50,8 atau terendah sejak Juni 2022. Data ini lebih buruk dari perkiraan karena ekspektasi inflasi melonjak ke level tertinggi sejak 1981.

Jika ekonomi AS memburuk maka bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan memangkas suku bunga lebih cepat dan besar dibandingkan proyeksi awal. Kondisi ini tentu bukan hal ideal buat dolar.

"Ini penjualan besar-besaran untuk dolar," kata Lee Hardman, analis mata uang senior di MUFG, kepada Financial Times.

Dia menambahkan bahwa penurunan ini didorong oleh kekhawatiran "stagflasi" di AS. Pasalnya, tarif mendorong inflasi sambil menekan pertumbuhan. Ambruknya dolar juga menjadi reaksi terhadap kebijakan yang dianggap tidak konsisten.

"Langkah tarif ini menimbulkan pertanyaan soal kepercayaan investor terhadap pembuat kebijakan di AS... yang menyebabkan hilangnya kepercayaan jangka pendek terhadap dolar," imbuh Hardman.

Seperti diketahui, Trump terus mengubah kebijakan tarifnya. AS semula akan memberlakukan tarif resiprokal pada 9 April tetapi kemudian Trump menunda hingga 90 hari.
Trump juga terus mengubah ketentuan tarif, termasuk barang-barang mana yang akan dikenai tarif tinggi dan dibebaskan.

Trump juga terus mengubah kebijakan tarifnya kepada China dari 54% kini menjadi 145%.

Themos Fiotakis, kepala global FX di Barclays, mengatakan bahwa kebijakan AS yang awalnya diharapkan merupakan kombinasi antara pelonggaran fiskal dan tarif selektif ternyata menjadi serangan menyeluruh dari AS terhadap semua pihak yang mengikis kepercayaan investor.

"Perang dagang ini benar-benar kacau," kata Stephen Jen, CEO manajer aset Eurizon SLJ. Ia menyebut dampak ini bersifat stagflasi tidak hanya bagi AS, tetapi juga secara global, dan pasar keuangan harus mampu bertahan sampai tarif-tarif tersebut dikurangi.

George Saravelos dari Deutsche Bank mengatakan besarnya pelemahan dolar yang biasanya dianggap sebagai aset aman saat krisis mencerminkan kekhawatiran yang semakin besar terhadap kekuatan institusi AS.

"Pendekatan pemerintahan AS dalam menghitung tarif menimbulkan kekhawatiran serius mengenai kredibilitas kebijakan, yang merusak kepercayaan terhadap dolar," katanya.

Jika dolar jeblok maka sebaliknya euro. Nilai tukar euro sekarang ada di posisi 1,1325 per US$1. Posisi ini adalah yang terkuat sejak November 2021 atau tiga tahun lebih.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |