Trump Berulah Lagi! Harga Minyak Tembus Level Tertinggi 5 Minggu

1 day ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia merangkak ke level tertinggi dalam lima minggu, setelah Trump menyatakan tarif gila-gilaan terhadap Rusia dan potensi bom Iran.

Merujuk data Refinitiv, harga minyak jenis Brent pada kemarin Senin (31/3/2025) menguat 1,54% dalam sehari menuju posisi US$ 74,74 per barel, sementara jenis West Texas Intermediate (WTI) naik lebih tinggi 3,06% ke posisi US$ 71,48 per barel.

Penguatan itu membawa harga minyak mentah acuan dunia terbang ke posisi paling kuat selama lima pekan.

Sebagai catatan juga, harga penutupan tersebut merupakan yang tertinggi untuk Brent sejak 24 Februari danuntuk WTI sejak 20 Februari 2025.

Sementara itu, pergerakan minyak pada Selasa pagi ini (1/4/2025) pukul 07.45 WIB, harga minyak jenis brent terkontraksi tipis 0,03%, sementara WTI turun 0,08%.

Kenaikan harga minyak itu dipicu oleh kekhawatiran akan berkurang-nya pasokan setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menetapkan tarif tambahan terhadap Rusia dan potensi menyerang Iran.

Pada hari Minggu lalu, melansir dari NBC Trump memperingatkan bahwa pembeli minyak Rusia dapat menghadapi tarif sebesar 25% hingga 50%, dengan mengatakan bahwa tarif tersebut dapat diberlakukan "kapan saja."

Trump juga mengatakan, "Jika Rusia dan saya tidak dapat mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertumpahan darah di Ukraina, dan jika saya pikir itu adalah kesalahan Rusia ... saya akan mengenakan tarif sekunder pada minyak, terhadap semua minyak yang keluar dari Rusia."

Sebagai catatan, menurut data EIA, AS sendiri tidak mengimpor minyak mentah Rusia sejak April 2022. Sementara itu, India telah mengambil alih posisi China sebagai pembeli terbesar minyak mentah Rusia, dengan minyak Rusia menyumbang sekitar 35% dari total impor minyak mentah India pada 2024.

Presiden Trump juga menjadi sorotan kemarin setelah wawancara dengan NBC di mana ia mengeluarkan peringatan keras kepada Iran dan potensi melakukan pengeboman jika tidak membuat kesepakatan nuklir.

"Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman," kata Trump dalam sebuah wawancara telepon, dikutip Senin (31/3)

"Ini akan menjadi pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya," ungkapnya.

"Ada kemungkinan bahwa jika mereka tidak membuat kesepakatan, saya akan mengenakan tarif sekunder pada mereka seperti yang saya lakukan empat tahun lalu," tegas Trump.

Meskipun ada retorika keras ini, Trump mengonfirmasi bahwa negosiasi antara kedua pihak masih berlangsung.

Namun, hal itu tidak menghentikannya untuk mengancam Iran dengan tarif tidak langsung sebesar 25% lainnya.

Di sisi lain, data EIA melaporkan permintaan minyak mentah AS pada Januari 2025 meningkat 1,14 juta barel per hari (bph) atau 5,9% menjadi 20,73 juta bph.

Sementara itu, untuk produksi malah berkurang sekitar 305.000 bph dibandingkan posisi Desember lalu menjadi 13,14 juta bph pada Januari 2025. Posisi ini menjadi yang terendah sejak Februari 2024.

Laporan mingguan minyak bumi oleh EIA pada pekan lalu menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah komersial mengalami penurunan sebesar 3,3 juta barel, dibandingkan dengan perkiraan penurunan sebesar 1,6 juta barel menjadi total 433,6 juta barel, sekitar 5% di bawah rata-rata musiman lima tahun terakhir.

Sementara impor minyak mentah AS rata-rata mencapai 6,2 juta barel per hari, meningkat 810.000 bph dari minggu sebelumnya.

Meski begitu, ada kabar baik dari China, di mana salah satu perusahaan energi milik negara, CNOOC mengumumkan penemuan ladang minyak baru di Laut China Selatan. Diperkirakan ada lebih dari 100 juta ton minyak mentah, setara 733 juta barel.

Namun, permintaan diproyeksi akan naik seiring pemulihan ekonomi sang Naga Asia ini. Biro Statistik Nasional China melaporkan bahwa aktivitas manufaktur China tumbuh pada tingkat tercepat dalam satu tahun terakhir pada bulan Maret. Indeks Manajer Pembelian (PMI) resmi tercatat di angka 50,5, lebih tinggi dari 50,2 pada Februari dan 49,1 pada Januari.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |