Tarif Dagang Trump Makan Korban Baru: Arab Saudi

1 day ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan tarif resiprokal yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disinyalir dapat menjadi malapetaka bagi NEOM, proyek megacity futuristik yang sedang dikembangkan oleh Kerajaan Arab Saudi.

Laporan The Sun yang dikutip Kamis (17/4/2025) menyebut proyek kota besar yang sangat ambisius tetapi telah dilanda skandal itu kini sedang menuju kehancuran finansial dengan perkiraan biaya sebesar US$8,8 triliun atau sekitar Rp148.174 triliun.

Neom awalnya digembar-gemborkan sebagai permata mahkota senilai US$500 miliar (Rp8.419 triliun) dari rencana Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Para ahli menyebut tarif Trump memperburuk keadaan proyek tersebut. Pasalnya setiap bagian dari rantai pasokan global untuk Neom terkena tarif dari AS.

Dengan Trump yang mengenakan pungutan besar pada China dan mitra dagang utama lainnya, komponen dan material yang bergerak melalui pelabuhan Amerika dikenakan beberapa putaran tarif - yang mencekik logistik Neom yang sudah tersendat.

"Pendapatan non-minyak telah meningkat, tetapi pengeluaran telah meningkat lebih cepat karena kerajaan telah meningkatkan rencana pembangunannya," kata Simon Williams, kepala ekonom HSBC untuk Timur Tengah.

"Itu pasti berarti anggaran lebih bergantung pada pendapatan minyak daripada sebelumnya," tambahnya.

Minggu lalu, harga minyak anjlok 11% setelah ancaman tarif Trump memicu aksi jual pasar saham global.

Minyak mentah Brent anjlok ke US$64,21 per barel, sementara West Texas Intermediate turun ke US$60,70 ke evel yang tidak terlihat sejak 2021. Bagi Arab Saudi yang bergantung pada minyak, penurunan ini artinya masalah besar.

Tarif Naik, Minyak Turun dan Biaya Melonjak

Biaya Neom yang meroket telah menimbulkan kecurigaan. Menurut audit mengejutkan yang dilihat oleh Wall Street Journal, biaya yang diantisipasi telah melonjak dua puluh kali lipat menjadi US$8,8 triliun, menurut laporan New Civil Engineer.

Audit internal- yang didukung oleh McKinsey & Co- menemukan bahwa "para eksekutif di Neom mendasarkan rencana bisnis Neom pada asumsi positif yang tidak realistis" dan mengungkap "bukti manipulasi yang disengaja" oleh "anggota manajemen tertentu."

Dengan merosotnya pendapatan minyak dan tarif Trump yang menekan ekonomi global, House of Saud kini menghadapi lubang hitam anggaran.

"Penurunan harga minyak yang lebih tajam dan berkelanjutan akan membutuhkan pemangkasan belanja pemerintah yang lebih dalam untuk menahan besarnya kekurangan dan penumpukan utang pemerintah," demikian peringatan dari ekonom di Abu Dhabi Commercial Bank.

Arab Saudi sudah menghadapi defisit anggaran sebesar US$26 miliar untuk tahun 2025 dan telah mengumpulkan utang sebesar US$18,4 miliar sepanjang tahun ini. Namun, itu pun tidak akan cukup untuk menutupi tagihan Neom yang membengkak.

Dana kekayaan negara Saudi - pendukung utama proyek tersebut - memiliki aset sebesar US$925 miliar. Namun dengan PDB sebesar US$1,1 triliun dan minyak menyumbang lebih dari 60% pendapatan pemerintah, deretan angka tersebut disebut tidak lagi masuk akal.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Dagang AS Makan Korban Baru: Jepang

Next Article Dunia Makin Kacau, China Respons Perang Dagang Jilid II Trump

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |