Surplus Global Menghantui, Harga Minyak Stagnan

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak stagnan pada Rabu pagi (10/12/2025), setelah dua hari sebelumnya melemah akibat kekhawatiran surplus pasokan global yang kembali membayangi pasar.

Berdasarkan Refinitiv pada pukul 10.15 WIB, Brent berada di level US$61,98 per barel, sementara WTI tercatat US$58,29 per barel.

Jika melihat pergerakan beberapa hari terakhir, harga Brent menunjukkan pola melemah tipis dari US$63,34 per barel (27/11) menjadi US$61,98 hari ini. Sementara WTI bergerak turun dari US$58,65 menjadi US$58,29 dalam periode yang sama. Pasar global mencermati pergerakan ini sebagai indikasi rentang perdagangan yang semakin ketat menjelang rilis data penting pekan ini.

Tekanan harga dalam dua sesi terakhir dipicu oleh proyeksi pemerintah Amerika Serikat bahwa produksi minyak domestik bakal menyentuh rekor 13,6 juta barel per hari tahun ini.

Menurut laporan Bloomberg, kondisi ini memperbesar kekhawatiran pasar akan potensi kelebihan pasokan yang berlarut-larut.

Di sisi lain, American Petroleum Institute (API) melaporkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar 4,8 juta barel pekan lalu. Namun kenaikan signifikan pada stok bensin serta distilat membuat pasar menilai kondisi inventori tidak sepenuhnya mendukung reli harga. Data resmi dari EIA akan dirilis malam nanti waktu AS.

Sejak awal November, harga minyak mentah global bergerak dalam rentang sempit sekitar US$4 per barel. Pelaku pasar menilai pergerakan ini mencerminkan tarik-menarik antara potensi surplus dan risiko geopolitik-termasuk ketidakpastian aliran minyak Rusia menuju pembeli utama seperti India.

Sentimen lainnya datang dari perkembangan konflik Rusia-Ukraina. Investor mencermati pembicaraan damai terbaru yang disebut-sebut dapat membuka peluang pencabutan sebagian sanksi internasional. Jika terealisasi, pasar khawatir pasokan minyak Rusia yang selama ini tertahan akan kembali membanjiri pasar global. Meski demikian, sejumlah analis menyebut Rusia belum sepenuhnya menunjukkan komitmen menuju kesepakatan jangka panjang.

Tekanan tambahan muncul setelah Irak memulihkan produksi di ladang minyak raksasa West Qurna 2. Peningkatan suplai dari salah satu ladang terbesar dunia itu menjadi alasan tambahan mengapa harga Brent dan WTI melemah di awal pekan.

Di level global, diskusi negara-negara G7 dan Uni Eropa terkait opsi mengganti batas harga ekspor minyak Rusia dengan larangan penuh layanan maritim ikut memicu ketidakpastian baru. Di laut, volume kargo minyak dikabarkan terus meningkat hingga 2,5 juta barel per hari sejak pertengahan Agustus, menambah tekanan pada harga.

Di tengah sentimen global tersebut, investor juga memperhatikan keputusan suku bunga Federal Reserve yang akan diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Pasar memperkirakan peluang 87% pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin. Meski suku bunga yang lebih rendah umumnya mendukung permintaan minyak, analis menilai pengaruhnya terhadap harga saat ini masih terbatas karena isu utama tetap bertumpu pada pasokan.

CNBC Indonesia

(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |