Jakarta -
Staf Khusus Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Thomas Harming Suwarta mengajak seluruh wartawan di Indonesia untuk terlibat aktif dalam agenda besar Pembangunan HAM di Indonesia. Menurut Thomas, jurnalis tidak banyak menjadi pilar demokrasi tetapi juga menjadi pilar HAM.
"Bangun peradaban HAM itu adalah tugas kita semua masyarakat Indonesia, lebih-lebih lagi wartawan karena mereka memiliki kekuatan luar biasa melalui tulisan atau reportase berita yang bisa memberi kesadaran pada masyarakat dan juga pemerintah tentunya," ujar Thomas dalam keterangan tertulis, Kamis (13/11/2025).
"Bayangkan kalau media atau wartawan memiliki perspektif tentang HAM maka dengan sendirinya mereka memberi porsi besar pada isu-isu HAM dan pasti berdampak pada masyarakat," imbuhnya pada seminar nasional bertajuk 'Jurnalis dalam Perspektif Hak Asasi Manusia dalam rangka Rapat Kerja Nasional Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (Pewarna) di Aula Kantor Gubernur Provinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Thomas mengungkapkan pemerintahan Prabowo-Gibran saat ini memiliki komitmen tinggi pada pembangunan HAM yang meliputi aspek-aspek penghormatan (To Respect), Pelindungan (To Protect), dan Pemenuhan kebutuhan HAM (To Fulfill).
Dia melanjutkan aspek HAM pada astacita pertama merupakan komitmen kuat pemerintahan saat ini untuk membangun peradaban baru yang berlandaskan nilai-nilai HAM. Bahkan, Thomas mengungkapkan lebih dari 50 persen poin-poin pada Astacita merupakan aspek-aspek HAM.
"Artinya kita semua termasuk komunitas media sedang diajak menjemput peradaban baru tersebut. Ya kita bisa memulainya dengan peran-peran jurnalistik harian kita dengan memberi kesadaran HAM pada masyarakat melalui konten-konten atau materi liputan. Sehingga isu HAM tidak hanya muncul saat terjadi kasus saja tetapi pada isu-isu lain juga ya soal penghormatan dan juga pemenuhan kebutuhan HAM misalnya. Itu bisa diangkat ke publik," urai Thomas.
Thomas menuturkan di tengah era keterbukaan informasi publik saat ini, wartawan media-media 'mainstream' tetap menjadi rujukan publik untuk mengetahui berita-berita yang benar dan layak dikonsumsi.
"Siapa pun paham kekuatan pena atau tulisan itu luar biasa. Maka pena wartawan dan perspektif wartawan itu punya pengaruh luar biasa termasuk membantu dalam membangun peradaban HAM di Indonesia. Ayo wartawan di seluruh nusantara, kita sama-sama bangun peradaban HAM," kata Thomas.
Thomas juga menyampaikan pentingnya wartawan di seluruh Indonesia meningkatkan kapasitas dan kemampuannya. Menurut Thomas, substansi HAM adalah intangible aset termahal yang dimiliki bangsa ini. Melalui pemahaman yang mendalam soal HAM, maka wartawan diharapkan lebih mudah menyampaikan pesan-pesannya kepada publik.
"Maka kami menempatkan penguatan kapasitas HAM untuk rekan-rekan wartawan sebagai hal penting. Bagaimana pun jurnalis yang memahami dengan baik tentang HAM tentu menjadi komunikator yang baik bagi publik untuk menyampaikan isu-isu atau pesan-pesan tentang HAM. Termasuk keberpihakannya pada isu-isu HAM," tukas Thomas.
Dia berharap akan ada kerjasama dan sinergi yang baik antara media dengan Kementerian HAM untuk menciptakan peradaban HAM yang lebih baik.
"Bagi kami di Kementerian HAM, media atau wartawan adalah rekan seperjalanan. Kami tetap menghargai independensi media tetapi saat yang sama kerjasama dan kolaborasi yang baik juga bisa dilakukan. Kami boleh menyebut salah satu pilar HAM adalah juga media. Bukan banyak pilar demokrasi tetapi juga Hak Asasi Manusia," pungkas Thomas.
Pada saat yang sama Ketua Umum Pewarna Indonesia Yusuf Mujiono menyambut baik ajakan Kementerian HAM untuk kerjasama dan kolaborasi membangun kesadaran HAM bagi kalangan wartawan.
"Kami komunitas wartawan menjadi tertantang untuk ikut dalam arus besar yang sama yaitu membangun peradaban HAM. Selain kami meningkatkan kapasitas kami tentang HAM, tentu kami juga berharap agar ada kepastian pelindungan HAM bagi wartawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Maka kami meyakini Kementerian HAM bisa menjadi jembatan untuk mewujudkan itu semua," pungkas Yusuf.
(akd/ega)


















































