Marak Kebakaran, Damkar DKI Ingatkan Warga Tak Beli Alat Listrik Murah

2 weeks ago 8

Jakarta -

Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mengingatkan masyarakat agar tak membeli alat kelistrikan dengan harga murah. Sebab, banyak alat listrik murah yang tak sesuai dengan standar sehingga berisiko terjadi korsleting yang berujung kebakaran.

"Kadang-kadang banyak yang di pasar itu Rp 10 ribu dapat tiga, kita enggak tahu kualitasnya. Jangan tergiur barang yang murah, tapi tidak memenuhi standar," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan di Balai Kota Jakarta, Selasa (21/1/2025).

Menurutnya, alat listrik seperti stopkontak atau colokan yang tak sesuai standar, ukurannya akan lebih longgar dari standarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Inilah yang dapat menyebabkan korsleting,"ujarnya.

Selain alat-alat listrik yang tidak sesuai standar, kata Satriadi, penyebab lain hubungan pendek arus listrik (korsleting) adalah penggunaan listrik menumpuk pada satu terminal listrik. Penggunaan listrik ilegal juga mengakibatkan arus listrik terlalu besar hingga tidak mampu ditampung.

Penyebab lainnya adalah instalasi listrik tidak sesuai dengan standar atau terdaftar sebagai anggota AKLI (Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia). Selain itu, menyambung sekring putus dengan kawat karena tiap sekring memiliki standar penerimaan beban yang berbeda.

"Penyebab korsleting lainnya adalah mengganjal miniature circuit breaker (MCB) yang sering turun (jeglek) karena tidak sesuai kapasitas beban, stop kontak atau kabel tidak sengaja terkena air (atap bocor, tersiram air, atau banjir) serta penggunaan kabel yang tidak sesuai kapasitas hantar arusnya," tuturnya.

Meski begitu, Satriadi mengungkapkan bahwa hubungan pendek arus listrik menjadi penyebab terbanyak kebakaran di Jakarta sepanjang 2024, yakni 69 persen, merujuk data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta. Adapun jumlah kejadian kebakaran pada 2024 mencapai 787 kejadian.

"Kebakaran itu kategorinya bukan bencana, tapi risiko. Makanya kebakaran itu banyak penyebabnya, misalkan, kelalaian karena kompor gas, lilin, atau apa. Jadi, kalau dibilang kenapa rutin, memang 'pas' kebetulan saja," imbuhnya.

(bel/aik)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |