Laba Bersih BP Anjlok 70%, 'Terbakar' Pasar Gas hingga Aksi Trump

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa energi asal Inggris, BP, mencatat penurunan laba bersih yang tajam pada kuartal pertama 2025 di tengah melemahnya penjualan gas, menyusutnya margin kilang, serta gejolak pasar akibat ancaman tarif dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Dalam laporan keuangan yang dirilis Selasa (29/4/2025), BP mengungkapkan bahwa laba bersih setelah pajak turun drastis 70,13% menjadi US$687 juta atau sekitar Rp11,5 triliun, jauh di bawah capaian US$2,3 miliar atau sekitar Rp38,6 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, pendapatan total BP juga mengalami penurunan sebesar 4%, menjadi sedikit di bawah US$48 miliar atau sekitar Rp806,4 triliun.

Chief Executive Officer BP, Murray Auchincloss, menyatakan bahwa perusahaan tengah menghadapi tantangan pasar yang dinamis.

"Kami terus memantau volatilitas dan perubahan pasar serta tetap fokus untuk bergerak cepat," ujarnya, dilansir AFP.

BP, bersama sejumlah perusahaan minyak global lainnya, sedang terpukul oleh anjloknya harga minyak mentah yang dipicu oleh kekhawatiran pasar akan potensi resesi global sebagai akibat dari kebijakan tarif Presiden Trump. Ketidakpastian ini turut membebani permintaan energi dan memengaruhi hasil kinerja perusahaan.

Menurut analis pasar, kombinasi antara penurunan harga dan melemahnya aktivitas ekonomi global menjadi tantangan ganda bagi perusahaan energi seperti BP, yang telah berusaha menyeimbangkan tekanan keuntungan dengan tuntutan transisi energi.

Dalam langkah strategis yang kontroversial, BP baru-baru ini menghentikan target pengurangan karbon yang sebelumnya menjadi tonggak kepemimpinannya dalam transisi energi bersih. Perusahaan kini memilih untuk memfokuskan kembali pada produksi bahan bakar fosil yang dinilai lebih menguntungkan dalam jangka pendek.

"Kami tetap yakin terhadap rencana kami untuk meningkatkan laba dan menurunkan biaya," ujar Auchincloss menanggapi strategi baru tersebut. Ia menambahkan bahwa perusahaan akan terus mencari efisiensi sambil menjaga daya saing di pasar global yang berubah cepat.

Namun, langkah ini memicu reaksi keras dari kalangan pemerhati lingkungan. Salah satu kebijakan yang paling dikritik adalah pemotongan investasi energi bersih lebih dari US$5 miliar per tahun, yang dinilai bertolak belakang dengan komitmen global dalam pengurangan emisi karbon.

Sebagai bagian dari dinamika internal perusahaan, BP juga menghadapi tekanan dari para pemegang saham yang menginginkan kenaikan harga saham. Tekanan tersebut meningkat seiring masuknya Elliott Investment Management, sebuah dana investasi aktivis asal AS, yang pekan lalu dikonfirmasi telah menguasai lebih dari 5% saham BP.

Elliott dikenal luas karena aktif mendorong perubahan struktural di perusahaan-perusahaan tempat ia menanamkan modal. Menurut analis, kehadiran Elliott bisa mempercepat pergeseran arah kebijakan BP agar lebih mengutamakan pengembalian investasi kepada pemegang saham, meskipun dengan mengorbankan target lingkungan.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Kembali Menyala, Kokoh di Level 6.400-an

Next Article Pendapatan Tumbuh 37,9%, Begini Rencana Ekspansi Rukun Raharja (RAJA)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |