PT Kereta Api Indonesia (KAI) resmi mengakhiri pengoperasian 3 seri kereta rel listrik (KRL), yaitu seri 7.000, seri 8.500, dan seri 203. Untuk mengenang perjalanan ketiga KRL, KAI menghadirkan Mini Museum.
Mini Museum KAI berlokasi di Stasiun Jakarta Kota, Jakarta Barat (Jakbar). Museum ini menggunakan Sarana KRL Seri 8500 atau yang lebih dikenal dengan Rangkaian KRL Jalita (Jalan-Jalan Lintas Jakarta).
Pantauan detikcom, Jumat (14/11/2025), terlihat Mini Museum KAI dalam kondisi ramai. Berbagai kalangan tampak mendatangi museum ini, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mini Museum KRL JALITA terdiri dari 8 rangkaian atau gerbong kereta. Setiap gerbong terlihat dipenuhi berbagai ornamen khas kereta.
Untuk mengenang ketiga KRL, KAI menghadirkan Mini Museum. (Rachma IS/detikcom)
Pada dinding kereta, tampak sejumlah potret ketiga KRL purna tugas dari masa ke masa. Tampak pula poster bersisi penjelasan singkat yang menampilkan sejarah KRL di langit-langit kereta.
Di beberapa gerbong, terlihat puluhan miniatur kereta yang diletakkan di papan bagian atas kursi penumpang. Tampak pula miniatur pintu perlintasan rel kereta api yang dipajang di salah satu gerbong.
Di gerbong lainnya, ditampilkan sejarah baju seragam yang digunakan oleh petugas KAI. Terlihat pula jok asli yang digunakan ketiga KRL pada beberapa sudut.
Kenangan Warga dengan KRL Jalita
Sri (58), seorang pekerja yang berkunjung ke mini museum mengaku memiliki banyak kenangan dengan KRL Jalita. Ia mengatakan telah menaiki kereta tersebut setiap hari untuk bekerja.
Warga antusia menghadiri Mini Museum KAI. (Rachma IS/detikcom)
"Saya pengguna kereta dari tahun 1997. Kerja (Naik kereta) setiap hari. Dari tahun 1997 berarti 28 tahun," kata Sri.
Sri mengaku sedih saat mengetahui KRL Jalita telah purnatugas. Dia juga menceritakan kenangannya selama menaiki KRL tersebut.
"Sedih juga sih. Kenangan ini. Kalau ini (telah beroperasi) 15 tahun lalu, pasti saya naik ini setiap hari. Dari waktu hamil aja hamil anak kesatu dan kedua saya naik kereta juga. Setiap hari naik kereta, dari yang jadul," kenangnya.
Selain itu, kehidupan Sri memang sangat dekat dengan kereta. Kedekatan ini dimulai dari kakeknya yang bekerja sebagai kepala stasiun, hingga kemudian ia yang mengenalkan kereta kepada anak-anaknya.
"Ya kalau memang ini diistirahatkan, ya ada penggantinya yang lebih modern ya. Misalnya antara jarak (kursi yang berseberangan) lebih luas," harap Sri.
Warga berharap Mini Museum ini diteruskan, bahkan dijadikan museum tetap. (Rachma IS/detikcom)
Sementara itu, Zaky (18) seorang pelajar, juga membagikan kenangannya dengan KRL Jalita. Dia mengatakan sudah diperkenalkan dengan KRL oleh orang tuanya sejak kecil, hingga kemudian tergabung ke komunitas foto kereta.
"Sedih juga sih. Biasa kalau mau foto tuh biasa nyari kereta ini. Sekarang kereta ini mau pensiun, jadi susah juga, apa yang mau dicari? Mungkin jadi kereta-kereta baru yang dicari," ujar Zaky.
Meski sudah tidak beroperasi, Zaky berharap KRL Jalita dapat terus dimanfaatkan. Ia juga mengusulkan agar museum ini bisa terus dibuka, bahkan menjadi museum tetap.
"Harapannya sih semoga dipreservasi atau dimuseumkan lah. Mau museumnya tetap. Atau nggak disisakan satu bagian saja (dari KRL Jalita) biar terkenang sampai generasi seterusnya," tuturnya.
(jbr/jbr)

















































