Jakarta, CNBC Indonesia - Kemenangan Ukraina atas invasi Rusia dinilai bukan sekadar soal pertahanan Eropa, tetapi menjadi ujian bagi ketahanan dunia demokratis dalam menghadapi ekspansi kekuatan otoriter, termasuk China di kawasan Indo-Pasifik.
Peringatan itu disampaikan Menteri Pertahanan Finlandia Antti Häkkänen, yang menilai hasil perang di Eropa Timur akan menentukan keseimbangan global di masa depan.
Dalam wawancara dengan Guardian Australia di Helsinki, Häkkänen menegaskan bahwa bagaimana Barat merespons agresi Rusia akan diamati secara cermat oleh Beijing.
"China sedang mengamati. Apakah Barat memiliki kekuatan dan ketahanan ketika para otokrat dan diktator berpikir mereka bisa melanjutkan perang selama setahun lagi, dan negara-negara demokratis akan lelah? Tidak," tuturnya, dikutip Selasa (28/10/2025).
"Kita harus menunjukkan bahwa kita justru makin memperkuat dukungan melawan kekerasan. Ini bukan hanya tentang Ukraina, tapi melawan perang dan kekerasan, dan itu juga menjadi sinyal bagi China dan kawasan Indo-Pasifik," imbuhnya.
Häkkänen memperingatkan bahwa kelemahan dalam tekad Barat dapat mendorong China untuk lebih berani mengambil langkah militer, termasuk di Asia Timur. Ia mengatakan potensi konflik di Indo-Pasifik tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan Rusia.
"Jika terjadi konflik militer di kawasan Indo-Pasifik yang disebabkan oleh China, Rusia akan terlibat dalam bentuk tertentu melalui dukungan atau kerja sama," katanya.
"Kami melihat sekarang bahwa Rusia tidak bisa melanjutkan perang ini dengan sumber dayanya sendiri, tetapi China banyak membantu mereka, memberikan dukungan ekonomi dari ekspor energi, serta pasokan komponen militer dan kerja sama industri," tambahnya.
Häkkänen menegaskan bahwa kekompakan dunia demokratis sangat penting bukan hanya bagi keamanan Eropa, tetapi juga bagi Asia. Ia menyerukan agar Presiden China Xi Jinping memperhatikan keteguhan yang ditunjukkan aliansi global.
China sendiri menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, dan para analis kebijakan luar negeri menilai Beijing berpotensi melakukan langkah militer terhadap pulau itu paling cepat pada 2027, di tengah meningkatnya aktivitas militer di Selat Taiwan dan Laut China Selatan.
Meski mengkritik negara-negara yang dinilainya belum cukup berkontribusi bagi Ukraina, Häkkänen mengaku optimistis melihat langkah-langkah terbaru Eropa.
"Negara-negara Eropa dalam satu bulan terakhir telah mengambil langkah yang sangat baik dalam mendukung Ukraina dan berinvestasi besar pada pertahanan masing-masing," ujarnya.
Adapun Finlandia, yang berbatasan darat lebih dari 1.300 kilometer dengan Rusia, telah lama menganggap Moskow sebagai ancaman permanen bagi keamanan Eropa. Negara itu resmi bergabung dengan NATO pada 2023 dan mempererat hubungan strategis dengan Presiden AS Donald Trump.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Amukan Ukraina di Rusia, Moskow Dihujani Serangan Drone


















































