Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah 4 Tahun, Diramal Tembus US$ 50

2 days ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah kembali jeblok hampir 3% karena kekhawatiran resesi hingga pemangkasan proyeksi harga.

Pada hari ini, Senin (7/4/2025), harga minyak brent jatuh 2,6% menjad US$ 63,9 per barel sementara minyak WTI anjlok 2,5% menjadi US$ 60,43 per barel.

Pelemahan ini memperpanjang derita harga minyak. Dalam tiga haru terakhir, harga minyak brent jeblok 14,7% sementara WTI jatuh 15,7%.

Posisi harga minyak hari ini juga menjadi yang terendah sejak pertengahan April 2021 atau dalam empat tahun terakhir. Pada periode tersebut, dunia masih diguncang pandemi Covid-19.

Harga minyak jatuh karena ketegangan dagang yang meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan China memicu kekhawatiran akan resesi yang bisa mengurangi permintaan terhadap minyak mentah.

Trump pada Rabu pekan lalu mengumumkan kebijakan tarifnya. China memperburuknya dengn memberi tarif balasan.

Saling perang tarif inilah yang kemudian membuat investor khawatir akan terjadinya resesi.

"Pendorong utama penurunan harga ini adalah kekhawatiran bahwa tarif akan melemahkan ekonomi global," kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities, kepada Reuters.

"Selain itu, rencana peningkatan produksi oleh OPEC+ juga turut memberikan tekanan jual," tambahnya, seraya menyebut bahwa tarif balasan dari negara selain China akan menjadi faktor penting untuk diamati.

Yoshida memprediksi bahwa WTI bisa turun hingga US$55 atau bahkan US$50, jika penurunan pasar saham berlanjut.

Sebagai respons terhadap tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, China pada Jumat mengatakan akan mengenakan tambahan tarif sebesar 34% terhadap barang-barang asal AS.

Meskipun impor minyak, gas, dan produk olahan minyak dikecualikan dari tarif baru Trump, kebijakan ini tetap bisa memicu inflasi, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan memperparah perselisihan dagang, yang semuanya dapat menekan harga minyak.

Selama akhir pekan lalu, menteri-menteri utama OPEC+ menekankan pentingnya kepatuhan penuh terhadap target produksi minyak, dan menyerukan agar negara-negara yang memproduksi melebihi kuota mengajukan rencana kompensasi paling lambat 15 April.

Dengan banyaknya kabar negatif, Goldman Sachs menurunkan proyeksi rata-rata harga tahunan untuk minyak mentah Brent dan WTI pada 2026, dengan alasan bahwa risiko resesi semakin meningkat dan pasokan dari OPEC+ mungkin akan meningkat lebih besar dari yang sebelumnya diperkirakan oleh bank tersebut.

"Proyeksi rata-rata harga tahunan kami untuk tahun 2026 kini menjadi $58 untuk Brent dan $55 untuk WTI, yaitu $4-5 per barel di bawah harga futures pada penutupan hari Jumat," tulis Goldman Sachs dalam sebuah catatan tertanggal Minggu.


(mae/mae)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasar Modal Dilanda Wait & See", Bisnis Emisi Efek Apa Kabar?

Next Article Harga Minyak Melemah, Pasar Tunggu Perkembangan Perang Rusia-Ukraina

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |