Gandum Bisa Jadi Senjata RI Meredam Kemarahan Trump, Kok Bisa?

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah Indonesia tengah menyusun strategi dagang baru untuk meredam tekanan tarif dari Amerika Serikat (AS). Strategi ini diharapkan bisa memperlunak kebijakan Presiden Donald Trump yang mengenakan bea masuk hingga 32% terhadap produk Indonesia.

Setelah mengandalkan sektor energi, kini muncul pertanyaan: bisakah komoditas lain seperti gandum dan meslin menjadi kunci keseimbangan neraca perdagangan?

Sebagai catatan, kebutuhan gandum Indonesia sangat besar karena konsumsi mie instan ataupun produk olahan gandum yang terus meningkat. Namun, Indonesia tidak bisa menghasilkan gandum karena persoalan iklim.

Langkah awal telah diambil. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut pemerintah berencana menambah impor liquefied petroleum gas (LPG) dan minyak dari AS dengan nilai di atas US$10 miliar atau sekitar Rp168 triliun. Langkah ini bertujuan memperkecil surplus perdagangan RI terhadap AS yang kini mencapai US$14-15 miliar.

"Kalau kita geser komoditas, maka neraca kita akan balance," kata Bahlil, Selasa (15/4/2025) pada Detikfinance. Ia menegaskan bahwa 54% dari total impor LPG RI memang sudah berasal dari AS, dan porsi itu akan diperbesar. Namun ia juga menegaskan pasokan dari negara lain tak serta-merta diputus, hanya dikurangi volumenya sesuai perhitungan keekonomian.

Tak berhenti di energi, pemerintah juga menyusun rencana pembelian barang AS hingga US$18 miliar secara keseluruhan. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pembelian ini tak harus berarti impor langsung, tetapi bisa dilakukan secara bertahap dan tercatat dalam neraca resmi.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi diplomasi menjelang negosiasi tarif resiprokal di Washington, 16-23 April 2025, di mana delegasi RI akan bertemu pejabat dari USTR, Departemen Perdagangan, Luar Negeri, hingga Keuangan AS. Pemerintah juga menyiapkan "non-paper" berisi usulan relaksasi tarif, instrumen perdagangan non-tarif, hingga peluang investasi bilateral.

Bukan Hanya Energi, Apakah Gandum dan Meslin Jadi Alternatif?

Seiring pembahasan pembelian barang AS, perhatian mulai tertuju pada komoditas agrikultur khususnya gandum dan meslin. Meski Indonesia bukan produsen gandum, permintaan dalam negeri sangat besar dan sebagian besar dipenuhi lewat impor. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada 2023, Indonesia mengimpor gandum dan meslin senilai lebih dari US$3 miliar dan AS merupakan salah satu pemasok utama.

Kondisi ini membuka peluang strategis. Jika pemerintah menambah volume pembelian gandum dan meslin dari AS, maka bukan hanya kebutuhan dalam negeri terpenuhi, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai alat diplomasi dagang.

Namun, pengalihan pembelian ke AS perlu dihitung cermat. Selama ini Indonesia juga membeli gandum dari negara lain seperti Australia, Kanada, dan Ukraina yang kerap menawarkan harga lebih kompetitif. Kesiapan AS untuk bersaing harga dan menjaga kualitas jadi pertimbangan utama.

langkah ini bisa menjadi strategi jangka pendek yang efektif meredakan tekanan Trump. Namun, ketergantungan berlebih pada satu negara juga membawa risiko baru dalam jangka panjang, terutama jika menyangkut komoditas strategis seperti energi dan pangan.

Di sisi lain, perlu dipastikan bahwa pembelian dalam jumlah besar tidak mengganggu stabilitas harga dalam negeri atau membebani neraca berjalan. Apalagi, Indonesia masih perlu menjaga keseimbangan antara diplomasi dagang dan perlindungan ekonomi nasional.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |