Jakarta, CNBC Indonesia - Diversifikasi investasi menjadi penting saat terjadinya krisis ekonomi. Selain bisa menjaga stabilitas keuangan, investasi di beragam tempat juga berpotensi menambah pendapatan tatkala ekonomi tengah lesu.
Pakar perencana keuangan, Anthony Watson, yang juga merupakan founder dan presiden Thrive Retirement Specialist mengatakan, opsi investasi pertama saat masa krisis ialah membeli saham perusahaan yang sedang jatuh.
Menurutnya, dalam kondisi krisis, value stock atau saham-saham yang dinilai memiliki harga terlalu rendah ketimbang kinerja keuangannya, akan lebih menguntungkan ketimbang growth stock.
"Value stock cenderung unggul ketimbang growth stock ketika memasuki resesi," kata Watson sebagaimana dilansir CNBC International, dikutip Minggu (20/4/2025).
Namun, penting dicatat, saham-saham yang memiliki fundamental baik bisa jadi pilihan utama saat masa krisis, ataupun resesi.
Melihat fundamental perusahaan bisa dari kinerja keuangannya, bisnisnya, pengelolaan risiko saat terjadi krisis oleh manajemennya, hingga ketahanan perusahaan tersebut dalam menghadapi berbagai krisis.
Selain itu, Anthony Watson juga menyarankan untuk mempertimbangkan aset investasi masuk ke obligasi, sebab selain lebih aman ketimbang saham, imbal hasil (yield) yang ditawarkan surat utang negara kini cukup tinggi.
Kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral membuat yield obligasi cenderung akan menanjak. Hal ini tentunya memberikan keuntungan, apalagi obligasi merupakan aset yang lebih aman ketimbang saham.
Selain obligasi, emas yang secara tradisional menjadi aset lindung nilai terhadap inflasi juga bisa menjadi pilihan investasi.
Seandainya dunia mengalami krisis, apalagi jika kebijakan bank sentral gagal menurunkan inflasi dengan cepat, maka emas punya potensi kembali melesat.
Investasi di Reksa Dana juga bisa menjadi pilihan. Reksa Dana bisa dibilang sebagai investasi 'palugada' alias 'apa lu mau gue ada'. Sebab reksa dana menawarkan berbagai instrumen investasi dari yang berisiko rendah hingga tinggi dan dari instrumen yang cocok untuk jangka menengah hingga jangka panjang.
Ada reksa dana pasar uang yang memiliki risiko minim dan cocok untuk investasi di bawah 1 tahun. Kemudian, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi yang cocok untuk investasi 1-3 tahun. Reksa dana campuran yang cocok buat yang suka risiko sedang. Reksa dana ini bisa diinvestasikan untuk 3-5 tahun. Jika ingin lebih berisiko, bisa pilih reksa dana saham yang cocok untuk investasi jangka panjang atau di atas 5 tahun.
(rob/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Mana lebih Profit, Investasi di Obligasi, Deposito Vs Emas?
Next Article Dunia Makin Gelap, Tiga Aset Ini Disebut Buat Pegangan Hidup