Fenomena Langit April 2025 : Hujan Meteor Lyrid dan Bulan Berwarna Pink

1 day ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki bulan April akan menjadi bulan yang luar biasa bagi pecinta astronomi, dengan hadirnya dua fenomena langit spektakuler, yaitu hujan meteor Lyrid dan Pink Moon.

Kedua peristiwa ini menghadirkan kesempatan unik untuk menyaksikan keindahan langit malam sekaligus memahami lebih banyak tentang keajaiban alam semesta.

Hujan Meteor Lyrid

Hujan meteor Lyrid adalah salah satu fenomena tahunan yang dinantikan para astronom amatir maupun profesional. Meteor ini berasal dari sisa debu komet Thatcher (C/1861 G1), yang melintasi orbit Bumi setiap tahunnya.

Pada April 2025, puncak hujan meteor Lyrid diprediksi terjadi pada malam 21 hingga 22 April 2025. Pada waktu itu, kita bisa melihat 10 - 20 meteor per jam di langit malam.
Keunikan dari meteor Lyrid ini sering meninggalkan jejak bercahan di langit yang dapat bertahan selama beberpa detik, memberikan efek visual yang memukau.

Untuk menyaksikannya, kita haru mencari lokasi yang minim polusi cahaya, seperti daerah pedesaan atau pegunungan. Disarankan juga untuk mengarahkan pandangan ke rasi bintang Lyra, tempat asal meteor ini.

Adapun waktu terbaik untuk mengamati meteor ini disaksikan saat dini hari menjelang fajar, ketika langit gelap dan bebas dari gangguan cahaya bulan.

Pink Moon

Yang kedua ada fenomena Pink Moon, nama lain dari bulan purnama yang muncul setiap bulan April.

Pada 2025, bulan purnama ini akan mencapai puncaknya pada 13 April 2025. Meskipun namanya "Pink Moon," bulan ini tidak benar-benar berwarna merah muda.

Nama ini diambil dari bunga liar Phlox, yang berwarna merah muda dan biasanya bermekaran pada bulan April.

Dalam berbagai budaya, Pink Moon sering dikaitkan dengan awal musim tanam, simbol kesuburan, dan harapan baru.

Pink Moon akan tampak lebih besar dan terang dibandingkan bulan purnama biasa, karena bulan berada dekat dengan perigee (jarak terdekat dengan Bumi).

Untuk pengalaman terbaik, pastikan cuaca cerah dan pilih lokasi dengan langit yang bersih dari polusi cahaya. Bulan ini dapat disaksikan dengan mata telanjang tanpa peralatan khusus.

Nama "Bulan Merah Muda" (Pink Moon) juga banyak disebut berasal dari kemunculan bunga liar musim semi pertama, yaitu "moss pink" (Phlox subulata), yang juga dikenal sebagai wild ground phlox atau creeping phlox.

Berbagai suku asli Amerika memberikan nama berbeda untuk bulan ini, mencerminkan perubahan musim dan lingkungan:

  • Suku Algonquin: "Bulan Es Mencair" (Breaking Ice Moon) - Menandakan mencairnya es akibat suhu yang lebih hangat.
  • Suku Dakota: "Bulan Saat Sungai Kembali Dapat Dilayari" (Moon When the Streams are Again Navigable) - Mengacu pada sungai yang mulai mencair dan bisa digunakan kembali untuk perjalanan.
  • Suku Tlingit: "Bulan Tunas Tanaman dan Semak" (Budding Moon of Plants and Shrubs) - Merujuk pada tumbuhnya tanaman dan semak di awal musim semi.
  • Suku Oglala: "Bulan Rumput Merah Muncul" (Moon of the Red Grass Appearing) - Menandai kemunculan rumput merah yang tumbuh di musim semi.
  • Suku Lakota: "Bulan Saat Bebek Kembali" (Moon When the Ducks Come Back) - Mengacu pada kembalinya burung bebek ke habitatnya.
  • Suku Dakota: "Bulan Saat Angsa Bertelur" (Moon When the Geese Lay Eggs) - Menandai musim bertelur bagi angsa yang kembali ke wilayahnya.
  • Suku Anishinaabe: "Bulan Raket Salju Rusak" (Broken Snowshoe Moon) - Mungkin mencerminkan kondisi salju yang mencair, menyebabkan alat seperti raket salju tidak lagi dibutuhkan atau menjadi rapuh.
  • Suku Cree: "Bulan Katak" (Frog Moon) - Waktu ketika katak mulai muncul kembali setelah musim dingin.
  • Suku Western Abenaki: "Bulan Pembuat Gula" (Sugar Maker Moon) - Mengacu pada panen sirup maple yang masih berlangsung.

Beberapa suku juga menggunakan nama "Bulan Ikan Sucker" (Sucker Moon), yang bisa muncul pada bulan April atau Mei:

  • Suku Anishinaabe: Nama ini mengacu pada waktu terbaik untuk menangkap ikan sucker, yang kembali ke sungai atau perairan dangkal untuk bertelur.
  • Dalam legenda mereka, ikan ini dipercaya datang kembali dari dunia roh untuk membersihkan air dan makhluk yang hidup di dalamnya.
  • Nama ini juga dapat merujuk pada bulan Februari sebagai penghormatan atas pengorbanan ikan sucker, yang membantu suku Anishinaabe bertahan hidup selama musim dingin dengan menjadi sumber makanan penting.

Nama-nama ini mencerminkan keterikatan erat masyarakat adat dengan perubahan alam dan siklus kehidupan di sekitar mereka.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |