Jakarta -
Mantan elite Partai Ummat Agung Mozin mendirikan partai baru. Partai ini diberi nama Partai Gerakan Perubahan (PGP).
Deklarasi pendirian Partai Gerakan Perubahan ini digelar di Graha Partai Gerakan Perubahan, Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat, Selasa (28/10/2025). Agung Mozin dan pengurus Partai Gerakan Perubahan yakni Sekjen Hizriyanda Putra dan Bendahara Umum Subowo Maedjo, menandatangani akta notaris.
Agung Mozin dulunya dikenal dekat dengan Amien Rais. Dia membersamai Amien Rais sejak di kepengurusan PAN sebelum keluar dari partai berlambang matahari putih itu pada 2018. Dia, bersama-sama Amien Rais, kemudian mendirikan Partai Ummat. Namun, Mozin, yang sempat menjabat Waketum, keluar Partai Ummat pada 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gagasan Partai Gerakan Perubahan adalah sebuah gagasan untuk melakukan koreksi total terhadap tata kelola partai politik yang ada selama ini. Di mana, partai politik telah menjadi institusi yang dimiliki oleh segelintir orang, bahkan sebuah keluarga," kata Agung Mozin.
"Maka partai politik Gerakan Perubahan ini adalah sebuah partai yang didorong oleh rakyat untuk menjawab tantangan itu," imbuh dia.
Agung mengklaim Partai Gerakan Perubahan mempunyai Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga berisi pasal sakti karena memberikan sepenuhnya kedaulatan terhadap masyarakat. Meski begitu, Agung belum memerinci bunyi pasal yang dimaksud.
"Ini adalah sebuah potret di mana kita mengimplementasikan kedaulatan ada di tangan rakyat. Rakyat berkuasa penuh untuk melakukan evaluasi dan memberhentikan pejabat publik termasuk orang-orang atau pengurus partai politik," ujarnya.
Agung juga menjelaskan alasan di balik penggunaan diksi 'Perubahan' dalam penamaan parpol. Dia menyebut Partai Gerakan Perubahan tidak memiliki kaitan dengan tokoh manapun.
"Partai Gerakan Perubahan tidak terafiliasi kepada kekuatan politik apapun. Partai Gerakan Perubahan tidak terafiliasi kepada kepentingan sesaat orang per orang. Partai Gerakan Perubahan kita bangun untuk membangun peradaban politik modern untuk 100 tahun ke depan," ujar Agung.
"Kita dalam hal ini tidak pernah membayangkan atau mengajak tokoh-tokoh itu. Yang kita tawarkan gagasan, jika ada orang yang sepaham dan sepemikiran dengan kita silahkan mereka bergabung. Bukan kita yang kemudian datang," pungkasnya.
(gbr/gbr)


















































