Ekonom RI Sebut Trump Lagi Caper, Gak Usah Direspons Cuekin Saja

6 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia — Di tengah panasnya tensi geopolitik dan perang tarif global yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS), Indonesia diminta untuk tidak ikut-ikutan panik. Bukan cuma soal taktik diplomasi, tapi juga soal memahami siapa sebenarnya yang sedang bermain "drama".

Hal ini sebagaimana disampaikan Senior Fellow Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Rizal Sukma dalam panel diskusi The Yudhoyono Institute dengan tema Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (13/4/2025).

"Ini kan Amerika lagi caper, karena merasa tersaingi oleh China, kemudian posisinya juga turun. Jadi, AS lagi cari perhatian betul. Respon terbaik untuk orang yang cari perhatian, ya dicuekin saja, dan (kita seharusnya) terus maju dan cobalah untuk mengkonsolidasikan hal-hal yang bisa kita konsolidasikan," kata Rizal.

Dia menambahkan bahwa kebijakan kontroversial Trump tidak perlu ditanggapi dengan buru-buru. Dia justru menyarankan agar Indonesia tetap tenang, tak perlu langsung minta negosiasi, apalagi terbawa arus provokasi tarif yang bisa mengacaukan stabilitas jangka panjang.

"Kita tuh tidak perlu terburu-buru merespons, minta negosiasi dengan Amerika. Ini sangat short term problem yang kita hadapi," tukasnya.

Pernyataan Rizal bukan tanpa dasar. Ia bahkan mengkritik pendekatan teori lama seperti "madman theory" yang dulu digunakan oleh Presiden Nixon dan kini dianggap kembali relevan dalam membaca gaya Trump yang tidak terduga.

"Ada yang bilang Trump ini pakai teori orang gila, kayak Nixon dulu. Tapi sekarang ini kayaknya agak gak pas lagi. Karena sebenarnya, Trump itu bukan sedang main catur dan mikirin langkah selanjutnya. Justru dia lagi makan bidak-bidak caturnya sendiri," ucap dia.

Ia mengutip pernyataan seorang staf Trump yang menyatakan bahwa Trump bukanlah pemain strategi, tapi lebih mirip perusak permainan itu sendiri. "Ini bukan tentang strategi memindahkan bidak catur, ini tentang bagaimana mencegahnya memakan bidak catur tersebut," sambungnya.

"Jadi dalam konteks candaan, mungkin orang bisa mengatakan, Trump tuh tidak tergila-gila pada tarif, tapi dia gila beneran. Jadi cuekin saja," imbuh dia.

Tiga Fokus Strategis Indonesia

Alih-alih terpancing oleh permainan Trump, Rizal menyarankan Indonesia untuk fokus pada tiga hal penting. Pertama, membangun ketahanan strategis (Strategic Resilience). Menurutnya, Indonesia perlu memperkuat posisinya di kawasan Indo-Pasifik, yang merupakan kawasan strategis dua samudera: Hindia dan Pasifik. Inilah yang dulu jadi landasan konsep Poros Maritim Dunia.

"Kita adalah Asia Tenggara, tapi kita perlu lihat Indo-Pasifik sebagai unit geopolitik baru," jelasnya.

Kedua, menjadi juara multilateralisme. Rizal menekankan pentingnya Indonesia tampil sebagai pembela institusi multilateral di tengah tren unilateralisme dan minilateralism.

"Kita harus tampil sebagai the champion of multilateral institutions," katanya.

Ia juga menyinggung inisiatif Presiden SBY tahun 2005 silam yang membentuk tim untuk merumuskan reformasi PBB, yang menurutnya masih sangat relevan.

Sementara di tingkat regional, Rizal menyarankan agar Indonesia menguatkan ASEAN dan institusi regional. Dia menilai, Indonesia perlu mendorong penguatan institusi yang berbasis ASEAN. Meski saat ini forum seperti East Asia Summit menghadapi tantangan karena ketegangan antar negara besar, Indonesia harus tetap menjadi jangkar stabilitas.

"East Asia Summit saat sekarang saya kira agak sulit untuk dilembagakan, karena ada Amerika, Rusia, China. Tapi ASEAN-centered institution tetap penting untuk kita pikirkan," pungkasnya.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

The Yudhoyono Institute Ulas Geopolitik Global Pasca-Kebijakan Trump

Next Article Video: BI Beberkan 5 Indikator Ekonomi Dunia Bakal Meredup ke Depan

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |