Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan likuiditas di sektor keuangan cukup melimpah saat ini karena ada tambahan dana dari BI dan pemerintah hingga Rp 800 triliun.
Perry mengatakan likuiditas ini berasal dari penempatan pemerintah di perbankan sebesar Rp 200 triliun, pembelian SBN oleh BI Rp 274 triliun dan insentif BI Rp 392 triliun.
"Jika ditotal-total Rp 800-an triliun, ditambah Rp 200 triliun dari pemerintah, jadi likuiditas di sektor keuangan itu cukup berlimpah," kata Perry dalam rapat kerja dengan DPD RI, Senin (17/11/2025).
Namun, pekerjaan rumah saat ini adalah bagaimana membuat likuiditas ini mengalir ke sektor riil. Perry mengumpamakan aliran likuiditas ini bak irigasi yang disalurkan ke sawah pertama, kedua dan seterusnya. Dia pun mengajak semua pihak agar aliran likuiditas ini bisa mengalir dari sektor keuangan ke sektor-sektor lainnya.
"Air ini sudah kita aliran ke sawah satu, ke sektor keuangan/sektor perbankan. Mari kita fokus bagaimana likuiditas yang cukup memadai mengalir ke sawah kedua, yaitu sektor riil," paparnya.
Oleh karena itu, Perry mengemukakan pemerintah juga mendorong berbagai program-program paket stimulus ekonomi melalui percepatan belanja negara. Tujuannya satu, sama-sama untuk menggerekkan pertumbuhan ekonomi lebih cepat.
Sedangkan BI, dan otoritas lainnya yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan bagaimana likuiditas di perbankan yang sudah berlebih ini mengalir supaya perekonomian memiliki daya dorong untuk tumbuh lebih cepat. Caranya dengan menekan lebih dalam suku bunga pembiayaan dan tabungan.
"Nah sementara dalam KSSK kami juga melakukan apakah likuiditas di sektor perbankan yang berlebih ini melihat faktor-faktor apa yang perlu kita tangani bersama untuk supaya bisa cepat mengalir ke sektor riil," ujar Perry.
(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]

















































