Asia Jungkir Balik: Rupiah Ambruk, Yuan Terlemah 17 Tahun, Yen Perkasa

6 days ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia bergerak amat berlawanan pada pekan ini di tengah memanasnya perang dagang. Sebagian mata uang Asia seperti rupiah ambruk sementara mata uang Asia lain menguat tajam, termasuk won dan yen.

Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (11/4/2025) ditutup pada posisi Rp16.790/US$, rupiah atau menguat 0,03%.

Sementara secara mingguan, rupiah masih cenderung terkoreksi sebesar 1,4%. Rupiah menjadi mata uang paling merana pekan ini dengan melemah 1,4% disusul dengan rupee India yang hancur 0,8%.

Sebaliknya, mata uang Bah Thailand menjadi juara dengan menguat 3,09% disusul dengan won Korea,

Mata uang Yen juga menguat tajam sebesar 2,36%. Di tengah gencarnya perang dagang, yen terus menjadi safe haven yang membuatnya terus terbang,
Yen kini ada di posisi terkuat sejak Oktober 2024 atau enam bulan terakhir.

Pergerakan mata uang Asia masih dipengaruhi oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Seperti diketahui, Trump mengumumkan kebijakan tarifnya pada Rabu pekan lalu (2/4/2025) yang langsung disambut dengan perang tarif banyak negara, termasuk China.

Berbeda dengan mata uang Asia lainnya, pasar rupiah regular baru dibuka kembali pada Selasa pekan ini (8/4/2025). Artinya, dampak perang dagang baru diserap oleh rupiah pada pekan ini. Karena itulah, rupiah hancur lebur.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka pada level Rp16.850/US$ atau ambruk 1,78% pada awal perdagangan pertama setelah Lebaran yakni pada Selasa. Sementara pada pukul 11:21 WIB, rupiah tampak sedikit lebih baik dengan depresiasi sebesar 1,66% di posisi Rp16.830/US$.

Pada rabu (9/4/2025), rupiah bahkan sempet menyentuh Rp 16.950/US$ pada pukul 09.40 WIB. Rupiah pun ada di posisi terlemah intraday sepanjang masa.

Setelah hancur lebur di hari pertama, rupiah perlahan membaik karena intervensi Bank Indonesia dan melemahnya dolar indeks.

Pelemahan indeks dolar inilah yang menjadi salah satu alasan dari menguatnya beberapa mata uang Asia. Penguatan lain disebabkan oleh penundaan tarif resiprokal Trump selama 90 hari.

Indeks dolar pada pekan ini ditutup pada 100,14 atau terlemah sejak Juli 2023.

Salah satu mata uang Asia yang menjadi sorotan tajam adalah yuan China. Dilansir dari Refinitiv, nilai tukar yuan China terhadap dolar AS cenderung melemah sejak awal April hingga 10 April 2025 dengan depresiasi sebesar 0,79%.

Bahkan pada Selasa (8/4/2025) 2025, yuan China tertekan sebesar 0,42%.

Selain itu, posisi yuan pada Kamis (10/4/2025) kemarin adalah posisi terlemahnya dalam lebih dari 17 tahun terakhir, setelah yuan versi offshore (di luar negeri) jatuh ke level terendah sepanjang sejarah semalam, seiring perang dagang China-AS yang semakin memanas mengguncang pasar mata uang.

Yuan onshore (yang diperdagangkan di dalam negeri) ditutup pada level 7,3498 per dolar AS, menjadi penutupan terlemah sejak Desember 2007.

Pelemahan dolar ini banyak yang menganalisanya sebagai hal yang disengaja untuk memperkuat nilai ekspor mereka.

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |