Wamenlu RI Tanggapi Tarif Baru Trump, Sebut Menjadi Momentum ASEAN

1 week ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Arif Havas Oegroseno buka-bukaan terkait tarif resiprokal ala Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Ia melihat situasi tersebut bisa memiliki dampak baik bagi Indonesia dan negara-negara lain yang terkena tarif Trump.

"Kami mendengar banyak komentar, banyak pernyataan tentang tarif internasional Presiden Trump. Namun, ketika keadaan mulai membaik, mungkin itu hal yang baik. Hal yang baik dalam hal momentum bagi negara-negara di berbagai kawasan untuk melihat potensi kawasan itu sendiri," kata Havas dlam forum publik 'Tanggapan Regional terhadap Trump 2.0' yang digelar oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia pada Kamis (10/4/2025).

Havas menyebut faktanya 80% perdagangan global berada di tempat lain, bukan di AS. Hal ini terlihat dari nilai perdagangan global sekitar US$ 400 miliar, tetapi nilainya berada di bawah perdagangan antar-ASEAN pada tahun 2024 yang mencapai US$ 759 miliar.

"Ini artinya bahwa perdagangan antar-ASEAN sebenarnya berjalan sangat baik dibandingkan dengan jumlah yang disumbangkan AS di tingkat global," ujar Havas.

"Ketika saya mengatakan bahwa kebijakan itu mungkin merupakan hal yang baik, pada dasarnya itu adalah momentum. Momentum untuk, setidaknya di ASEAN, untuk lebih banyak bekerja pada perdagangan antar-ASEAN."

Lebih lanjut, Havas menyebut mungkin diperlukan revisi atau peninjauan perjanjian perdagangan bebas ASEAN untuk mencapai hal tersebut.

"Kita perlu melihat hambatan perdagangan di ASEAN. Kita dapat belajar dari Uni Eropa tentang bagaimana mereka mencoba menghilangkan hambatan antar-negara. Meskipun kita semua tahu bahwa pasar internal UE jauh lebih maju daripada ASEAN," paparnya.

"Tetapi mungkin itu hal yang baik bagi kita untuk melihat apa yang dapat kita lakukan di ASEAN untuk memiliki mekanisme yang mirip dengan Uni Eropa. Bagaimana kita dapat memperlancar pergerakan orang, barang, dan jasa di ASEAN itu sendiri."

Havas menjelaskan bahwa saat ini produk domestik bruto (PDB) RI di ASEAN sekitar US$ 3,8 triliun. Jika perdagangan RI saat ini mencapai US$759 miliar, Indonesia mungkin dapat meningkatkannya dengan target US$ 1,5 triliun atau setengah dari PDB, misalnya.

"Kita ingin mencapai apa yang kita sebut sebagai kemandirian regional yang strategis dalam hal bagaimana kita tidak boleh bergantung pada unsur-unsur eksternal. Saya tidak berbicara tentang AS, saya juga berbicara tentang pemain global lainnya. Saya pikir ASEAN perlu bekerja sangat keras untuk mencari tahu apa saja hambatan dalam perdagangan ASEAN dan mencoba untuk menghilangkannya sesegera mungkin," tegasnya.

Pada 2 April lalu, Trump mengumumkan tarif dasar sebesar 10% terhadap semua negara, sambil mengkritik ekonomi Asia dan lainnya dengan tarif resiprokal kepada 57 negara lainnya. Indonesia sendiri mendapatkan tarif resiprokal sebesar 32%.

Namun pada 9 April, Trump kembali mengejutkan dunia dengan mengumumkan penundaan sementara selama 90 hari atas tarif tinggi yang baru saja diberlakukannya terhadap puluhan negara, kecuali untuk China yang justru dinaikkan menjadi 125%.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: ASEAN Jadi Medan Panas Perang Dagang Trump, Bagaimana Nasib RI?

Next Article Trump Terpilih Jadi Presiden AS, Nasib Asean Bakal Bersinar

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |