Suara Penghuni Rusun di Jakarta Usai Polemik Tunggakan Sewa

3 hours ago 3

Jakarta -

Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta mengungkapkan tunggakan pembayaran sewa rumah susun (rusunawa) di Jakarta mencapai Rp 95,5 miliar. Pihaknya pun akan mendata ulang harta penghuni rusun di Jakarta.

Beberapa warga rusun yang menunggak bayar sewa disebabkan karena sulit mendapat penghasilan. Ada juga yang menyebut jika biaya sewa naik, tetapi penghasilan yang didapat minim.

Sulit Dapat Penghasilan

Seorang penghuni Rusun Rawa Bebek, Jakarta Timur, bernama Novi, mengaku kesulitan membayar sewa rusun. Ia mengatakan sudah menunggak sewa rusun kurang lebih lima bulan karena penghasilan dari berjualan di rusun tidak cukup memenuhi kebutuhan sewa rumah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"La, kita termasuk (yang menunggak), sekitar 5 bulan. Ekonominya lagi susah, dagang juga sepi di sini, nggak ada perputaran uangnya karena yang dagang orang sini yang beli orang sini. Mau keluar juga jauh. Akses mah ada Jaklingko, tapi kan mau dagangnya ke mana? Di sini jauh dari mana-mana," kata Novi saat ditemui di Rusunawa Rawa Bebek, Jaktim, Sabtu (8/2/2025).

Ilustrasi Rusun Rawa Bebek, Jakarta Timur.Rusun Rawa Bebek, Jakarta Timur. (Foto: Kurniawan Fadilah/detikcom)

Dia menyebut ada beberapa rumah penghuni yang disegel lantaran menunggak terlalu lama. Namun, meski disegel, para penghuni masih tetap bisa menempati rumahnya.

"Ada, ada beberapa yang kena segel, tapi kan tetap bisa ditinggalin, cuma dikasih kertas merah aja, nggak (disuruh pergi). Kan kita juga warga relokasi, kalau diusir lagi, kita mau tinggal di mana? Kecuali yang warga umum, itu mereka kayaknya kalau sudah disegel terus bisa langsung diusir," kata dia.

Penghuni lain bernama Nur Anisa, juga telah menunggak sewa rusun. Nur mengatakan tunggakannya sudah sekitar Rp 10 juta.

"Iya (menunggak). Sudah lama, lupa. Rp 10 jutaan ada kayaknya. Abis mau gimana, mau bayar pakai apa saya kalau kondisinya susah begini? Jangankan buat bayar rumah, makan sama jajan sekolah anak aja kalau ada udah syukur," jelas Nur.

Nur menjelaskan penghasilan suaminya sebagai sopir tembak belum cukup untuk membayar sewa rumah per bulannya sekitar Rp 200 ribu. Dia juga mengeluhkan pihak pengelola yang lebih memilih mempekerjakan orang luar untuk mengurus dan memelihara rusun.

"Yang saya heran, di sini yang dipekerjakan itu bukan orang-orang yang tinggal di rusun, kayak petugas bersih-bersihnya sampai ke satpamnya juga, itu diambil dari orang luar. Gimana saya, kita semua di sini bisa bayar rumah kalau nggak ada kerjaan yang enak, yang duitnya lumayan," ungkap Nur.

Baca berita di halaman selanjutnya.

Biaya Sewa Naik, Penghasilan Kecil

Sementara itu, seorang warga Blok A 5 S Rusun Marunda, Jakarta Utara, Nurhayati (62) yang sudah tinggal selama 14 tahun, mengaku baru empat bulan terakhir menunggak bayar sewa. Harga sewa yang naik sampai Rp 60 ribu membuat keluarganya nunggak belakangan ini.

"Mau gimana, anak saya gajinya UMR aja mepet, cuma Rp 5,3 juta. Anaknya masih kecil-kecil, banyak kebutuhan, belum ngasih makan ponakannya dua. Mereka sudah sekolah juga SD sini. Sebelum naik, bayaran ke rusun lancar saja," ujar Nurhayati saat ditemui detikcom di Rusun Marunda, Sabtu (8/2/2025).

Salah satu warga rusun MarundaSalah satu warga rusun Marunda (Foto: Taufiq Syarifudin/detikcom)

Anak Nurhayati adalah perempuan tulang punggung keluarga. Ia menghidupi enam orang, yaitu dua anak kandung dan dua ponakannya.

Beruntungnya, pihak pengelola tidak mengusirnya karena telat bayar. Mereka diajak berdialog untuk mencari solusinya.

"Kita bilang banyak pengeluaran, sedangkan harga sewa naik, tapi gaji segitu-segitu saja. Jadi kita susah juga mau bayar. Tapi kalau kita tetap cicil, setiap bulannya ada yang kita setor," kata dia.

"Gimana ya, pemasukan sama pengeluaran lebih gede pengeluarannya. Kalau sebelum naik, saya tertib bayarnya," sambungnya.

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |