Jakarta -
Polisi menangkap dua orang berinisial EC (28) dan IP (35), yang menipu mengatasnamakan PT Taspen, padahal bukan. Pihak kepolisian menjelaskan bagaimana cara pelaku menipu korbannya dengan memanipulasinya dengan modus yang dilakukan pelaku.
"Pelaku diawal akan menyapa korban dalam kasus ini dia akan menyatakan halo selamat pagi, siang, sore, apakah benar saya terhubung dengan Ibu RY (nama korban) disebutkan," kata Kasubdit IV Ditressiber Polda Metro Jaya Kompol Herman Eco Tampubolon, Kamis (5/6/2025).
Pelaku kemudian mengaku-aku sebagai petugas dari PT Taspen, padahal bukan. Kemudian mengatakan hendak melalukan konfirmasi data dari calon korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami (pelaku) ingin meng-cross check kembali apakah data yang ada, sudah diperbaharui agar pencairan tunjangan pensiun ibu/bapak tidak bermasalah di kemudian hari. Jadi ini kata-kata yang selalu disampaikan kepada korban," jelasnya.
Pelaku lalu akan menanyakan juga apakah nomor calon korbannya tersebut terhubung dengan aplikasi WhatsApp atau tidak. Jika iya, pelaku mengatakan akan mengirimkan data yang ada dalam sistemnya.
"Itu (data) berupa data PDF yang isinya adalah identitas daripada korban dan juga dilampirkan link yang akan diarahkan untuk mendownload aplikasi Taspen yang palsu yang digunakan oleh pelaku," terangnya.
Pelaku kemudian mengirimkan file PDF dan mengarahkan korban mengunduhnya. Setelah PDF diunduh korban, pelaku akan meminta korban untuk video call dengan maksud melakukan verifikasi wajah.
"Selanjutnya pelaku akan meminta berbagi layar, di dalam aplikasi WhatsApp itu ada menu untuk berbagi layar dengan alasan untuk memudahkan verifikasi yang dilakukan oleh mereka," bebernya.
Setelah itu pelaku mengarahkan korban mengunduh aplikasi Taspen. Kemudian mengarahkan agar masuk dalam pengaturan untuk mengizinkan aplikasi tersebut mengakses semua fitur yang ada di dalam ponsel.
"Kemudian, pelaku akan mengarahkan korban agar membuat username dan password dari aplikasi tersebut dengan menggunakan username dan password yang biasanya sering, ibu atau bapak (korban) buat, supaya tidak lupa," imbuhnya.
Pada saat itu biasanya korban spontan membuat nama pengguna dan kata kunci yang biasanya digunakan oleh mereka. Salah satunya karena pensiunan biasanya sudah berumur tua.
"Kemudian juga pelaku, di dalam aplikasinya akan mengirimkan notifikasi dengan tulisan sekarang aktif setelah korban mengklik menu di dalam aplikasi tersebut maka pelaku sudah bisa mengakses semua fitur yang ada di dalam HP milik korban," ungkapnya.
"Berikut cara-cara atau bagaimana pelaku bisa mengambil alih semua fitur dan akun perbankan milik korban, selanjutnya pelaku akan mentransfer semua isi rekening milik korban yang sudah mereka identifikasi," lanjutnya.
(rdh/mea)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini