Jakarta -
Sebidang rumah kontrakan sederhana menjadi saksi bisu perjuangan keluarga difabel di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Belimbing, Kota Malang, Jawa Timur. Sekolah Rakyat menjadi jalan pembuka bagi masa depan yang lebih cerah bagi keluarga ini.
Ayah Khomairoh, Jumadil Akhir, sehari-hari mencari nafkah sebagai tukang pijat tunanetra. Sang ibu, Sri Minarsih, yang juga memiliki keterbatasan penglihatan, turut membuka jasa pijat di rumah untuk membantu perekonomian keluarga.
Sejak kecil, Khomairoh didiagnosis memiliki kondisi khusus yang membuat tulang dan tubuhnya sering merasakan nyeri. Meski demikian, ia tetap tumbuh menjadi remaja periang, hangat, dan pantang menyerah dalam mengejar cita-citanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bercita-cita menjadi guru, supaya bisa berbagi ilmu dengan banyak orang," kata Khomairoh dalam keterangan tertulis, Rabu (17/9/2025).
Impian itu lahir dari keyakinannya bahwa pendidikan menjadi jalan untuk mengubah masa depan. Khomairoh selalu dilanda kecemasan ketika memikirkan masa depannya di tengah keterbatasan ekonomi keluarga.
Ketika dinyatakan lolos sebagai siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 22 Kota Malang, perasaannya lega karena bisa belajar dengan tenang. Hidupnya lebih berwarna, dikelilingi teman, guru, dan wali asrama yang peduli, tanpa khawatir soal biaya.
"Saya lebih senang dan nyaman (di Sekolah Rakyat). Karena saya mempunyai banyak teman, guru, wali asuh yang sangat perhatian sama saya," ungkapnya.
Di sisi lain, sang ibu menyampaikan Sekolah Rakyat adalah jawaban dari doa-doanya. "Saya ingin anak saya tumbuh mandiri, salatnya lebih disiplin, dan bisa mencapai cita-citanya," jelas Sri.
Meski Ia tak bisa melihat wajah putrinya, Sri merasakan Khomairoh adalah cahaya yang menuntun keluarga. "Terima kasih kepada Presiden Prabowo atas program Sekolah Rakyatnya. (Program ini) bisa membantu (meringankan) beban keluarga," imbuhnya.
Kisah Khomairoh adalah bukti keterbatasan tidak pernah memadamkan mimpi. Dari rumah sederhana seorang tukang pijat tuna netra, tumbuh seorang anak dengan segala keterbatasan.
Melalui Sekolah Rakyat, Khomairoh tumbuh menjadi mata bercahaya yang tak hanya menuntun keluarganya, tapi juga memberi terang bagi masa depan Indonesia.
(prf/ega)