Resesi Seks Kian Parah, 4.000 Sekolah di Korea Terpaksa Tutup

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebih dari 4.000 sekolah di Korea Selatan terpaksa menutup operasional karena jumlah siswa terus merosot tajam. Kondisi ini terjadi seiring anjloknya angka kelahiran yang kini menjadi yang terendah di dunia.

Seperti diketahui, Korea Selatan tengah mengalami fenomena 'resesi seks' di mana banyak orang, terutama generasi muda, makin sedikit berpacaran, menikah lebih lambat (atau tidak sama sekali), dan lebih jarang berhubungan seks. Akibat dari hal ini, angka kelahiran di Negeri Ginseng merosot tajam bahkan menyentuh rekor.

Melansir Korea Times, berdasarkan data terbaru Kementerian Pendidikan Korea Selatan, yang dipaparkan oleh anggota parlemen Jin Sun-mee, hingga akhir 2025 tercatat 4.008 sekolah dasar, menengah, dan atas telah ditutup di bawah 17 kantor pendidikan regional di seluruh negeri.

Dari jumlah tersebut, sekolah dasar menjadi yang paling terdampak dengan 3.674 sekolah ditutup permanen, disusul 264 SMP dan 70 SMA. Dalam lima tahun terakhir, 158 sekolah telah berhenti beroperasi, dan 107 sekolah tambahan diproyeksikan menyusul tutup dalam lima tahun ke depan.

Faktor utama di balik gelombang penutupan ini adalah angka kelahiran Korea yang sangat rendah, dengan total fertility rate berada di bawah 0,8. Angka tersebut merupakan yang terendah di dunia dan menyebabkan penyusutan populasi usia sekolah yang berlangsung semakin cepat.

Dampaknya diperkirakan akan semakin terasa di luar wilayah metropolitan Seoul. Data menunjukkan penutupan sekolah lebih banyak terjadi di daerah provinsi dibanding ibu kota. Provinsi dengan penutupan sekolah terbanyak meliputi Jeolla Utara sebabyak 16 sekolah, Jeolla Selatan 15 sekolah, Gyeonggi 12 sekolah dan Chungcheong Selatan 11 sekolah.

Korean Educational Development Institute memperkirakan jumlah siswa SD hingga SMA saat ini sekitar 5,07 juta orang. Namun angka tersebut diproyeksikan turun menjadi hanya 4,25 juta pada 2029, atau berkurang lebih dari 800 ribu siswa dalam enam tahun.

Sebagai perbandingan, pada era 1980-an, Korea Selatan memiliki lebih dari 10 juta siswa, lebih dari dua kali lipat jumlah saat ini. Masalah tidak berhenti pada penutupan.

Dari 4.008 sekolah yang sudah tutup, sebanyak 376 bangunan sekolah kini tidak dimanfaatkan sama sekali. Bahkan 266 lokasi telah terbengkalai lebih dari 10 tahun, dan 82 lokasi ditinggalkan selama lebih dari 30 tahun

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran pemborosan aset publik karena pengelolaan dan pemanfaatan kembali fasilitas pendidikan dinilai jauh tertinggal dibanding laju penutupan sekolah. Anggota parlemen Jin Sun-mee menegaskan pemerintah tidak bisa sekadar menutup sekolah tanpa rencana jangka panjang.

"Sejumlah besar sekolah telah ditutup dan jumlahnya akan terus bertambah. Pemerintah tidak boleh berhenti hanya pada penutupan, tetapi harus menyusun peta jalan jangka panjang untuk mengubah bekas sekolah menjadi aset bagi komunitas lokal," ujar Jin Sun-mee.

(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |