Pemimpin gereja Katolik dunia, Paus Leo XIV, menyerukan persatuan di tengah kondisi global saat ini. Paus Leo menyatakan perbedaan pendapat tidak harus menjadi awal permusuhan bagi umat manusia.
Seruan itu dibacakan Uskup Agung George Jacob Koovakad, Prefect of the Dicastery for Interreligious Dialogue, dalam acara VIII Congress of Leaders of World and Traditional Religions, di Astana, Kazakhstan, Rabu (17/9/2025). Uskup George hadir di lokasi sebagai perwakilan Vatikan dan membacakan pesan yang ditulis Paus Leo dari Vatikan.
"Anda berkumpul dari penjuru dunia untuk memperbarui persahabatan dan menjalin yang baru, bersatu dalam keinginan bersama untuk membawa penyembuhan bagi dunia yang terpecah dan terluka," bunyi pernyataan Paus Leo yang dibacakan Uskup Agung George.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
VIII Congress of Leaders of World and Traditional Religions tahun ini mengusung tema Dialogue of Religions: Synergy For The Future. Paus Leo mengatakan kerja sama dan sinergi tidak bisa dilihat sebagai pilihan pragmatis, namun juga kesadaran terhadap hidup berdampingan dengan sesama manusia.
"Solidaritas, oleh karena itu, adalah sinergi dalam tindakan. Ekspresi nyata dari mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri pada skala global," katanya.
Uskup Agung George Jacob Koovakad, Prefect of the Dicastery for Interreligious Dialogue, membacakan pesan Paus Leo XIV dalam acara VIII Congress of Leaders of World and Traditional Religions do Astana, Kazakhstan. (Yogi Ernes/detikcom)
Paus Leo juga menyinggung komitmen Paus Fransiskus dalam Congress of Leaders of World and Traditional Religions di Astana pada 2022. Saat itu Paus Fransiskus bersama pemuka agama lain berkumpul untuk mengecam aksi kekerasan dan ekstremisme serta menyerukan perdamaian bagi dunia.
Paus Leo berharap komitmen itu tersebut diteruskan di kongres tahun ini. Dia mengatakan kongres ini juga harus bisa memperkuat kerja sama bagi semua negara yang terlibat.
"Komitmen tingkat tinggi ini tecermin dalam tindakan konkret: ketika bencana alam melanda, ketika pengungsi terpaksa mengungsi, atau ketika keluarga menderita kemiskinan ekstrem dan kelaparan, komunitas agama sering bersatu, bekerja bahu-membahu untuk memberikan bantuan dan harapan kepada mereka yang paling membutuhkan," tuturnya.
"Ketika para pemimpin agama bersatu dalam memperjuangkan kepentingan kelompok paling rentan di masyarakat, ikut menanam pohon untuk merawat rumah kita bersama, atau bersuara bersama mendukung martabat manusia, mereka membuktikan bahwa iman mempersatukan lebih dari yang memisahkan," sambungnya.
Di akhir pernyataannya, Paus Leo juga menyerukan gencatan senjata bagi negara yang terlibat konflik dan mengedepankan dialog untuk menghadirkan perdamaian.
"Saya yakin bahwa karya Kongres ini akan menginspirasi kita untuk bekerja tanpa lelah demi harmoni, menciptakan sinergi untuk perdamaian-sinergi yang, seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, 'tidak bersenjata dan melucuti senjata, rendah hati dan gigih', selalu mencari kasih sayang dan mendekati mereka yang menderita. Mari kita berdoa bersama-sama, melayani bahu-membahu, dan berbicara dengan satu suara di mana pun martabat manusia terancam," pungkasnya.
Congress of Leaders of World and Traditional Religions merupakan inisiasi pemerintah Kazakhstan dalam menjaga perdamaian dan kerukunan umat agama. Kongres ini pertama kali digelar di tahun 2003.
Acara itu lalu rutin dilaksanakan tiap tiga tahun sekali di ibu kota Kazakhstan, Astana. Di gelaran kedelapannya tahun ini, Congress of Leaders of World and Traditional Religions mengusung tema Dialogue of Religions: Synergy for the Future.
(ygs/lir)