Menbud Buka Pameran 'NYALA', Angkat Perjuangan Diponegoro Lewat Seni

8 hours ago 5

Jakarta -

Kementerian Kebudayaan RI (Kemenbud) mempersembahkan pameran 'NYALA: 200 Tahun Perang Diponegoro' di Galeri Nasional Indonesia. Pameran seni dan sejarah ini mengangkat kembali makna perjuangan Diponegoro melalui perspektif visual, artistik, dan interdisipliner.

Pameran 'NYALA: 200 Tahun Perang Diponegoro' digelar dalam rangka menyambut peringatan 80 tahun Kemerdekaan RI sekaligus mengenang dua abad peristiwa bersejarah Perang Diponegoro.

"Saya apresiasi sebesar-besarnya kepada para seniman serta para kurator yang turut terlibat dalam pameran ini," tutur Fadli, dalam keterangan tertulis, Selasa (22/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam sambutannya, Fadli menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan pameran yang menjadi bentuk upaya dari museum dan cagar budaya merawat warisan sejarah bangsa dan menghidupkannya kembali agar dapat diakses, dimaknai, dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi hari ini.

Tema NYALA membawa kembali ingatan akan keberanian, nilai-nilai kepahlawanan, dan keteguhan hati dalam membela Tanah Air.

"Ia bukan sekadar nyala fisik, tetapi nyala semangat, nyala budaya, dan nyala sejarah yang terus hidup di tengah masyarakat kita hari ini," jelas Fadli.

Kemenbud mendukung penuh inisiatif pameran NYALA sebagai bagian dari upaya pelestarian warisan sejarah dan budaya. Melalui karya seni, artefak sejarah, narasi, serta pendekatan kuratorial yang kreatif, pemeran ini mengajak pengunjung untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga merenungkan kembali makna kemerdekaan dan perjuangan di masa kini.

Pameran ini berusaha menegaskan nilai-nilai perlawanan, keberanian, dan keteguhan sikap adalah milik kolektif bangsa dan tetap relevan dalam perjalanan kebudayaan hari ini. Lebih lanjut, Fadli mengutip buah pikir Pangeran Diponegoro yang masih relevan hingga kini.

"Kita akan melawan bukan karena kita kuat, tetapi karena yang kita perjuangkan adalah benar," tegas Fadli.

Kutipan yang disampaikan Fadli menjadi pengingat bahwa meskipun dua abad telah berlalu, api semangat Pangeran Diponegoro tidak pernah padam.

"Hari ini kita tidak hanya memperingati perang, tetapi kita menggali kembali semangatnya, sebuah nyala moral, spiritual, dan intelektual yang relevan untuk zaman kita," jelas Fadli.

Secara simbolis, Fadli membuka pameran dengan menorehkan cat di atas kanvas. Ditutup dengan tepuk tangan yang meriah, kanvas ini nantinya akan dilanjutkan menjadi sebuah karya lukis oleh para seniman.

Kehadiran pameran di Galeri Nasional Indonesia ini diharapkan dapat diapresiasi secara luas oleh publik sehingga semangat, nilai, dan warisannya menjadi bagian dalam kehidupan bersama.

"Saya mengajak generasi muda untuk hadir, menyelami, dan belajar dari kisah-kisah yang tersaji di pameran ini. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya," kata Fadli.

Pengunjung dapat menikmati pameran Nyala mulai tanggal 22 Juli hingga 15 September 2025, pukul 09.00-19.00 WIB, kecuali di hari libur nasional. Kehadiran pameran ini diharapkan dapat diapresiasi secara luas oleh publik sehingga semangat, nilai, dan warisannya menjadi bagian dalam kehidupan bersama.

"Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras menyelenggarakan pameran ini. Semoga NYALA menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus menjaga nyala semangat kebangsaan dan kebudayaan Indonesia," kata Fadli.

Diiringi lantunan sasando, Fadli mengelilingi Pameran 'NYALA: 200 Tahun Perang Diponegoro' yang digelar di Gedung A Galeri Nasional Indonesia diikuti para tamu undangan. Pameran ini salah satunya menampilkan lukisan fenomenal karya Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro, yang merupakan koleksi Istana Kepresidenan RI.

Dianggap sebagai ciri khas Romantisme dalam seni Asia Tenggara, lukisan ini merupakan lukisan bersejarah pertama oleh seniman Asia Tenggara yang menggambarkan peristiwa lokal dengan gaya Eropa.

Apresiasi turut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Badan Pengelola Usaha pada Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya Kemenbud Indira Estiyanti Nurjadin dalam laporannya.

"Kami ingin menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada seluruh seniman dan komunitas seni yang berpartisipasi dalam pameran ini, serta kepada keluarga para seniman dan kolektor yang karya dan lukisannya turut dihadirkan di Galeri Nasional ini," tuai Indira.

Indira menambahkan kedermawanan dan kepercayaan mereka telah menjadikan pameran ini tak hanya kaya secara artistik, tetapi juga menggugah secara emosional dan bermakna secara historis. Pameran NYALA dikuratori oleh Citra Smara Dewi, Dio Pamola Chandra, Putra Hidayatullah, dan Amanda Ariawan.

Para kurator telah memilih 33 karya dari 26 perupa yang dipilih dari berbagai daerah di Indonesia. Pameran ini menampilkan berbagai karya berupa lukisan, patung, instalasi, sketsa, dan seni media (imersif, augmented reality, dan video). Tak hanya itu, ditampilkan pula artefak berupa arsip, naskah, koin, dan buku-buku terkait Perang Diponegoro.

Dalam kesempatan ini, kurator pameran Citra Smara Dewi, menyampaikan pentingnya peran seniman sebagai penjaga pintu peradaban bangsa.

"Pameran ini bisa menjadi ingatan bahwa sejarah bukanlah narasi tunggal, sejarah adalah lapis-lapis yang bisa dibuka setiap saat dan juga ditaksir ulang dalam konteks keduniaan," tutur Citra.

(anl/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |