Jakarta, CNBC Indonesia - JPMorgan Chase mempertahankan perkiraannya tentang kemungkinan resesi Amerika Serikat (AS) sebesar 60%. Ini dilakukan meskipun Presiden Donald Trump mengumumkan penundaan 90 hari pada sebagian besar tarif timbal balik (resiprokal) AS.
Trump secara mengejutkan menyampaikan penundaan di media sosial Truth Social miliknya, hanya beberapa jam setelah tarif resmi berlaku 9 April. Sekitar 75 negara tengah bernegosiasi meski hal ini tak berlaku bagi China, yang kena tarif baru, melebihi sebelumnya, menjadi 125%.
Raksasa Wall Street itu mengatakan bahwa jeda tarif Trump, yang pertama kali diumumkannya minggu lalu, merupakan perkembangan positif. Tapi itu jika semua hal lain sama.
"Namun, tidak semua hal lain sama," kata laporan itu, menambahkan bahwa yang lebih mengejutkan adalah peningkatan tarif China, dikutip Kamis (10/4/2025).
JPMorgan pun merujuk pada parameter lain dari penundaan tarif. Seperti pengenaan tarif menyeluruh sebesar 10% ke seluruh negara.
"Perhitungan sederhana 10% untuk semua negara kecuali China sebesar 125% menghasilkan tarif rata-rata AS sekitar 25%, sedikit lebih tinggi dari tarif pada akhir minggu lalu," kata laporan tersebut.
"Dikombinasikan dengan kekacauan kebijakan yang sedang berlangsung terkait perdagangan dan masalah fiskal domestik, bersama dengan kerugian yang masih besar di pasar ekuitas dan dampak pada kepercayaan, tetap sulit untuk melihat AS terhindar dari resesi," tulis ekonom di JPMorgan.
"Pada saat yang sama, China kemungkinan akan terpukul sangat keras, yang kemungkinan mendorong respons kebijakan yang besar."
Selain tarif dasar 10% yang akan dihadapi negara-negara, Trump juga memberlakukan sejumlah tarif lain yang telah diberlakukan sebelumnya. Termasuk tarif impor sektoral seperti baja, aluminium, dan suku cadang mobil.
Meksiko dan Kanada juga akan tetap dikenakan tarif 25%. Ini berlaku untuk impor yang tidak tercakup dalam Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada yang dinegosiasikan Trump selama masa jabatan pertamanya di Gedung Putih.
Sebelumnya, Trump mengakui pada Rabu sore bahwa jeda tarifnya dipengaruhi oleh gejolak pasar, terutama pasar obligasi, serta pendapat kepala eksekutif JPMorgan Jamie Dimon bahwa resesi adalah "kemungkinan hasil" dari perang dagang Trump. Sesaat sebelum Trump mengumumkan bahwa ia akan mengerem tarif, ia tampil di Truth Social dan mendesak warga Amerika untuk "bersikap tenang" sambil menyatakan bahwa ini adalah "waktu yang tepat untuk membeli" di pasar.
Penundaan Trump telah membawa Wall Street menghijau di penutupan Rabu, meski sebelumnya merah berturut-turut. Namun
para ekonom dan analis memperingatkan bahwa meskipun terjadi reli, pasar kemungkinan akan terus mengalami volatilitas karena ketidakpastian karena akhir permainan Trump yang tak bisa ditebak dan apakah perang dagang AS-China akan semakin meningkat.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Menanti Jurus Prabowo Hadang Dampak Perang Tarif Trump
Next Article Siaga Dunia! Risiko 'Trumpcession' Meningkat, Amerika Resesi