Jakarta, CNBC Indonesia - BBC tengah terjerat badai besar setelah terungkap adanya manipulasi dalam pengeditan pidato Donald Trump pada 6 Januari 2021. Skandal ini bukan hanya mengguncang kredibilitas lembaga penyiaran publik Inggris itu, tapi juga memicu pengunduran diri para pimpinan tertinggi BBC dan menuai ancaman tuntutan perdata senilai US$1 miliar atau sekitar Rp16,7 triliun dari Presiden AS tersebut.
Melansir laporan The Guardian, kontroversi bermula dari bocornya dokumen setebal ratusan halaman yang disusun oleh mantan penasihat eksternal Komite Standar Editorial BBC dan diserahkan kepada harian The Telegraph.
Dokumen tersebut menuding adanya penyimpangan editorial dalam sejumlah liputan, termasuk dalam tayangan program dokumenter Panorama yang menayangkan pidato Trump dengan editan keliru menjelang pemilihan umum AS tahun 2024.
Dalam tayangan itu, dua kalimat dalam pidato Trump yang sebenarnya terpisah 54 menit disatukan, sehingga tampak seolah-olah Trump secara langsung menyerukan kepada massa pendukungnya untuk "berjalan ke Capitol dan berjuang habis-habisan (fight like hell)". Padahal, rekaman asli menunjukkan kalimat tersebut diucapkan dalam konteks berbeda.
Tak lama setelah pidato itu, ribuan pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol, sebagian di antaranya bentrok dengan polisi dalam upaya menggagalkan penghitungan suara elektoral yang mengesahkan kemenangan Joe Biden. Lima orang tewas dalam beberapa hari setelah peristiwa tersebut, yang menandai awal berdarah bagi pemerintahan Joe Biden.
Trump, yang kini kembali menjabat sebagai Presiden AS setelah kemenangan pada 2024, segera memanfaatkan skandal ini untuk menyerang media internasional, terutama BBC. Ia menuduh lembaga tersebut "menipu publik" dan "memanipulasi demokrasi".
"Petinggi BBC, termasuk TIM DAVIE, sang BOS, semuanya mundur atau dipecat karena ketahuan 'memanipulasi' pidato saya yang sempurna tanggal 6 Januari," tulis Trump di media sosial Truth Social.
"Terima kasih kepada The Telegraph karena telah membongkar para 'jurnalis korup' ini. Mereka mencoba menimbang hasil pemilu dengan cara yang curang. Dan parahnya lagi, mereka berasal dari negara asing yang seharusnya menjadi sekutu utama kita. Sungguh memalukan bagi demokrasi!"
Pemimpin BBC, Samir Shah, mengakui bahwa pengeditan pidato tersebut merupakan "kesalahan penilaian", namun menolak tudingan bahwa hal itu disengaja untuk tujuan politik.
Isi Pidato Asli Trump
Dalam pidato yang disampaikan di depan para pendukungnya di Washington DC, Trump berulang kali menggunakan kata "fight" (berjuang), termasuk dalam pernyataannya: "Kita berjuang habis-habisan, dan jika kalian tidak berjuang, kalian tidak akan punya negara lagi."
Ia juga menekan Wakil Presiden saat itu, Mike Pence, agar menolak hasil suara elektoral yang mengesahkan kemenangan Biden. "Akan menjadi hari yang menyedihkan bagi negara ini jika Mike Pence tidak melakukan hal yang benar," katanya.
Namun, dalam bagian lain pidato itu, Trump juga menyelipkan kalimat: "Kita akan berjalan ke Capitol secara damai dan patriotik untuk menyampaikan suara kita." Kalimat inilah yang kemudian dijadikan pembelaan oleh tim hukumnya untuk menyangkal tuduhan bahwa ia menghasut kekerasan.
Meski demikian, Komite Penyelidik Serangan 6 Januari di Kongres AS menyimpulkan bahwa kalimat "damai dan patriotik" itu merupakan tambahan dari penulis pidato Gedung Putih, sementara ajakan "fight like hell" adalah kata-kata Trump sendiri. Komite juga mencatat bahwa Trump mengabaikan seruan dari staf dan keluarganya agar meminta massa menghentikan kekerasan.
Baru 187 menit setelah kerusuhan berlangsung, Trump akhirnya menulis di Twitter agar para pendukungnya "pulang ke rumah" - seruan yang menurut kelompok pengawas Citizens for Responsibility and Ethics in Washington (CREW) menunjukkan betapa kuat kendali Trump atas para pendukungnya.
CREW melaporkan bahwa sedikitnya 210 terdakwa kasus kerusuhan Capitol secara terbuka menyatakan mereka hadir di Washington karena "menjawab panggilan Trump".
Dalam salah satu pesan yang diungkap, anggota kelompok Oath Keepers di Florida menulis, "Dia memanggil kita semua ke Capitol dan ingin kita membuatnya liar! Kami berangkat ke DC!"
Tuntutan Trump
Trump kini mengancam akan menuntut BBC senilai US$1 miliar, kecuali lembaga itu menarik dokumenter Panorama, meminta maaf, dan memberi kompensasi atas "kerugian reputasi" yang ditimbulkan.
Surat somasi resmi dari pengacaranya, Alejandro Brito, telah dikirim ke BBC pada Senin lalu, sebagaimana dilaporkan The New York Times.
Ancaman hukum ini menambah panjang daftar serangan Trump terhadap media. Sebelumnya, ia pernah menuntut CBS atas tayangan 60 Minutes dan ABC News karena liputan yang dianggap menyudutkannya. CBS bahkan dikabarkan membayar US$16 juta ke perpustakaan kepresidenan Trump untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Adapun sejak kembali ke Gedung Putih, Trump kerap menghidupkan kembali narasi "pemilu curang" tahun 2020. Ia menempatkan sejumlah loyalis yang dulu berperan dalam upaya membatalkan hasil pemilu di posisi penting, dan bahkan memberi grasi massal bagi para pelaku kerusuhan Capitol pada hari pertama masa jabatannya di 2025.
Bukan hanya itu, Trump juga telah memberikan pengampunan dini kepada sekutunya seperti Rudy Giuliani dan Mark Meadows, serta para "pemilih palsu" di negara bagian kunci yang mengeklaim dirinya sebagai pemenang sah.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jurnalis Dieksekusi Mati Gegara Cuitan Protes ke Pemerintah


















































