IHSG Sesi 1 Ditutup Naik 0,15%, Masih Kesulitan Tembus 8.400

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi 1 hari ini, Jumat (14/11/2025) di zona hijau. Indeks naik 0,15% ke level 8.384,43. 

Sepanjang siang ini indeks bergerak pada rentang 8.370,01–8.417,14. Sebanyak 247 saham naik, 422 turun, dan 287 tidak bergerak. 

Nilai transaksi hingga jeda makan siang mencapai Rp 11,89 triliun, melibatkan 27,45 miliar saham dalam 1,47 juta kali transaksi. 

Hingga akhir sesi 1, Bumi Resources (BUMI) masih menjadi saham yang paling banyak berpindah tangan. Volume transaksi mencapai 25,69 miliar lot dengan total nilai mencapai Rp 5,97 triliun. 

Berbeda dengan dua hari perdagangan terakhir, tekanan jual mulai membayangi BUMI pada sesi 1 hari ini. 

Adapun mengutip Refinitiv, kesehatan menjadi sektor yang melesat paling kencang, yakni 6,47%. Kemudian properti dan energi, masing-masing 2,2% dan 1,54%. 

Sektor kesehatan melesat seiring dengan saham Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ) yang kembali melesat hingga menyentuh auto reject atas (ARA). SRAJ menutup sesi 1 dengan kenaikan 20% ke level 15.900.

Sementara itu, Dian Swastatika Sentosa (DSSA) merupakan saham utama yang menggerakkan IHSG. DSSA menyumbang 14,21 indeks poin dengan kenaikan harga saham sebesar 4,38% ke level 91.825. 

Pada akhir pekan ini, berakhirnya shutdown Amerika Serikat (AS) bisa menjadi kabar positif tetapi pesimisme pemangkasan suku bunga The Fed bisa menggoyang pasar.

Sebagaimana diketahui, drama panjang penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS) akhirnya berakhir. Presiden Donald Trump resmi menandatangani rancangan undang-undang (RUU) pendanaan yang mengakhiri shutdown terlama dalam sejarah Negeri Paman Sam pada Rabu malam waktu setempat.

Dalam perkembangan berbeda, Chairman The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pada rapat bulan lalu mengatakan bahwa pemangkasan suku bunga Desember belum menjadi sesuatu yang pasti.

Pernyataan terbaru dari para koleganya menunjukkan banyak keraguan tentang apakah bank sentral sebaiknya melakukan pelonggaran kebijakan untuk ketiga kalinya secara berturut-turut pada rapat berikutya di 9-10 Desember.

Akibatnya, pasar telah menyesuaikan kembali ekspektasinya. Beberapa hari lalu, para trader masih mematok probabilitas setidaknya 2 banding 1 untuk terjadinya pemangkasan 25 basis poin. Namun kini peluang itu berubah menjadi 50:50, menurut data pasar berjangka yang dihitung oleh CME Group dalam alat FedWatch.

"Perkembangan ini sedikit mengikis keyakinan kami bahwa The Fed akan memangkas suku bunga di [Desember] tanpa memberi kami keyakinan lebih bahwa menunda ke (Januari) adalah pilihan yang lebih baik," kata Krishna Guha, kepala kebijakan global dan strategi bank sentral di Evercore ISI, dalam sebuah catatan, dikutip dari CNBC International.

Probabilitas implisit terjadinya pemangkasan berada di 49,3%. Probalitas ini merujuk pada alat CME yang menggunakan harga kontrak futures fed funds 30 hari untuk menginterpolasi probabilitas perubahan suku bunga. Harga futures menunjuk pada suku bunga 3,775% pada akhir 2025, dibandingkan level saat ini 3,87%.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article IHSG Hari Ini Jadi Panggung Prajogo Pangestu dan Sinar Mas

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |