Fadli Zon Ajak Gen Z Olah Musik Tradisi Secara Digital Lewat FMTI 2025

3 hours ago 1

Jakarta -

Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) kembali digelar dengan nama 'Ethno Groove Devanilaya 2025', menghadirkan perayaan musik etnik Nusantara yang dipadukan dengan kreativitas generasi muda.

Bertempat di Pantai Kartini, Jepara, ajang ini menampilkan kolaborasi komunitas musik etnik dari tujuh daerah di Jawa Tengah serta penampilan Fanny Soegi, Kill The DJ, dan Gon Gun N Friends.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menyampaikan ajakan kepada generasi muda untuk lebih berani mengolah musik tradisi melalui pendekatan digital. Dengan tema 'Swara-Swara Leluhur dalam Genggaman Gen-Z', ia menekankan bahwa tema tersebut bukan sekadar slogan, melainkan jembatan antara kekayaan masa lalu dan dinamika masa depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah cermin yang menunjukkan bahwa tradisi kita tidaklah usang, melainkan sumber daya tak terbatas yang siap diolah oleh kreativitas generasi muda," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (16/11/2025).

Fadli menjelaskan bahwa Kementerian Kebudayaan telah menjalankan berbagai program penguatan ekosistem musik dalam setahun terakhir, termasuk berkolaborasi dengan pegiat musik, Konferensi Musik Indonesia, serta Manajemen Talenta Nasional (MTN). FMTI sendiri telah diikuti puluhan seniman serta menarik lebih dari 10.000 pengunjung, sekaligus menjadi ruang presentasi musik tradisi berbasis tata kelola modern. Laboratorium musik Lokovasia juga disiapkan sebagai wadah eksperimen menuju musik kontemporer.

Ia turut menyoroti kekayaan musik tradisi Jawa yang sarat nilai dan filosofi. Sebagai contoh, seni Kentrung dan Emprak dari Jepara menjadi bukti bagaimana tradisi dapat terus beradaptasi dengan zaman.

"Teknologi musik digital, mulai dari perangkat lunak rekaman, sampler, hingga platform streaming, bukanlah ancaman, melainkan mikrofon raksasa yang siap memperdengarkan suara-suara leluhur kita ke seluruh penjuru dunia," jelasnya.

Ia kemudian mengajak generasi muda untuk mengolah macapat, ritme kentrung, dan laras gamelan dalam format digital sehingga dapat disebarkan secara global. Fadli juga menyinggung nilai luhur dalam Serat Centhini.

"Serat ini mengajarkan kita bahwa seni, termasuk musik, adalah cara untuk mengabadikan pengetahuan dan nilai luhur," sambungnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa musik memiliki kekuatan emosional dan spiritual yang mampu mendorong perubahan.

"Musik adalah bahasa jiwa. Ia tak berbohong. Jika ada sesuatu yang harus diubah di dunia ini, maka itu hanya dapat terjadi melalui musik, yang berakar pada budayanya sendiri," tegasnya.

Fadli pun menutup sambutannya dengan ajakan untuk memadukan tradisi dan teknologi agar musik tradisi terus relevan.

"Biarkan tradisi menjadi jiwa, dan teknologi menjadi suaranya. Biarkan suara-suara leluhur menenangkan jiwa, memupuk semangat, dan menginspirasi kreasi global," pungkasnya.

Sebagai informasi, acara ini turut dihadiri oleh Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Abdul Wachid, Anggota Komisi VII DPR RI Andhika Satya, Anggota DPR RI Jamaludin Malik, Bupati Jepara Witiarso Utomo, Wakil Bupati Jepara Muhammad Ibnu Hajar, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Ahmad Mahendra, Staf Khusus Menteri Bidang Hukum dan Kekayaan Intelektual Putri Woelan Sari, Staf Khusus Menteri Bidang Rumah Tangga dan Protokol Rachmanda Primayuda, Direktur Film, Musik, dan Seni Syaifullah Agam, Direktur Sejarah dan Permuseuman Agus Mulyana, Ketua Asosiasi Museum Indonesia Putu Supadma Rudana, dan Forkopimda Jepara.

(prf/ega)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |