Digitalisasi di Entikong: Pertarungan Ekonomi Perbatasan dan Wibawa RI

1 hour ago 1

Tim Riset,  CNBC Indonesia

11 December 2025 06:38

Jakarta, CNBC Indonesia- Entikong bukan kota besar, bukan pula kawasan ekonomi spesial yang berdiri megah seperti bandara metropolitan.

Namun di sinilah denyut perbatasan Indonesia-Malaysia bergerak tanpa henti, sebuah jalur sutra modern yang menghubungkan manusia, barang, cerita hidup, dan mimpi-mimpi kecil masyarakat dua negara.

Setiap hari, ribuan orang melintas di batas ini. Lalu truk membawa hasil bumi, mobil pribadi hilir mudik mengejar pekerjaan atau keluarga, dan pejalan kaki menyebrang hanya untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga di Sarawak, atau sebaliknya, kembali dengan barang-barang dari Indonesia.

Entikong berdetak dengan ritme yang konstan, kadang cepat, kadang perlahan, tetapi tak pernah benar-benar berhenti.

Di balik aktivitas itu, terdapat satu simpul administratif yang memegang peran genting: Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong. Tempat yang bagi sebagian orang terlihat sebagai bangunan perbatasan biasa, tetapi dalam struktur negara, ia adalah organ vital.

PLBN adalah wajah depan Indonesia. Tempat identitas dicocokkan, barang diperiksa, transaksi dicatat, dan pergerakan manusia direkam. Ia adalah ruang pertama tempat pelintas melihat Indonesia saat masuk, dan tempat terakhir yang mereka tinggalkan saat keluar.

Tapi PLBN bukan sekadar pintu. Ia adalah jantung pengawasan, keamanan, perdagangan, logistik, hingga statistik nasional. Kini, semua fungsi itu digerakkan oleh satu hal yang dulu sulit dibayangkan hadir di perbatasan terpencil: akses internet yang stabil.

Kabupaten Sanggau sendiri, di mana Entikong berada masuk dalam wilayah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) yang menjadi fokus program pemerataan internet Kementerian Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kondigi) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).

BAKTI sudah membangun 3 BTS di Entikong dan totalnya mencapai 26 BTS di Kab. Sanggau. Sebagai dukungan akses internet bagi masyarakat.

Transformasi digital itu bukan pilihan tambahan. Untuk sebuah PLBN, internet cepat adalah tulang punggung. Hampir seluruh proses perlintasan orang, kendaraan, dokumen kepabeanan, dan laporan lintas batas kini berlangsung melalui aplikasi berbasis data online.

Kepada CNBC Indonesia, Kepala Bea Cukai Entikong, Rudi Endro Pratikto, menjelaskan pergeseran itu dengan sangat lugas. "Sangat penting sekali, karena di sini semua pakai aplikasi data internet. Semua petugas kami pakai aplikasi berbasis internet, baik pemeriksaan orang, kendaraan, dokumen paspor, hingga layanan ekspor," ujarnya.

Menurutnya, seluruh proses kini terhubung antar instansi dari bea cukai, imigrasi, karantina, hingga pihak-pihak lain di pusat yang memantau pergerakan lintas batas secara real time. Ketiadaan koneksi stabil hanya akan membuat proses melambat, antrean mengular, dan keamanan berisiko.

Kepala Bea Cukai Entikong, Rudi Endro PratiktoFoto: Emanuella Bungasmara
Kepala Bea Cukai Entikong, Rudi Endro Pratikto

Digitalisasi ini kemudian melahirkan manfaat ekonomi yang bisa diukur. Proses administrasi ekspor menjadi lebih cepat dan tepat karena dokumen logistik dan kepabeanan kini terhubung secara online.

Data ekspor yang terdigitalisasi dapat diakses oleh masyarakat, pelaku usaha, dan instansi terkait. Informasi yang dulunya hanya diketahui pejabat teknis kini transparan, sehingga UMKM dan eksportir kecil dapat melihat peluang dan pola perdagangan lintas batas dengan lebih jelas.

Percepatan itu juga terlihat dalam data makro PLBN Entikong. Ekspor melalui PLBN terus meningkat. Pada 2024, nilai ekspor tercatat mencapai Rp72,9 miliar.

Angka itu melonjak menjadi Rp82,3 miliar hanya dalam sebelas bulan pertama tahun 2025. Salah satu tanda dari akumulasi dari proses administrasi yang semakin efisien, dukungan jaringan telekomunikasi yang semakin stabil, dan semakin padatnya pergerakan barang serta orang melalui gerbang perbatasan tersebut.

Rudi menegaskan bahwa digitalisasi tidak hanya mempercepat administrasi, tetapi juga meningkatkan ketepatan pengawasan. "Ini sangat bermanfaat untuk Bea Cukai melakukan pengawasan dan pemeriksaan dengan lebih efektif," katanya. Ia menjelaskan bagaimana aplikasi pengembangan digital di Bea Cukai mampu menyajikan data ekspor secara otomatis.

Data inilah yang digunakan untuk menghitung perdagangan Indonesia Malaysia secara lebih akurat. Selain itu, data tersebut dapat menjadi inspirasi bagi para pelaku usaha di Sanggau yang ingin mencoba pasar Malaysia. "Ini bisa menjadi peluang bagi pengekspor untuk berbisnis di Malaysia," tuturnya.

Digitalisasi membawa efek domino pada arus perlintasan. Ketika layanan lebih cepat, antrean mengecil, waktu tunggu turun, dan beban operasional pelintas menjadi lebih ringan. "Dengan percepatan pelayanan, ekspor dan orang yang melintas bisa dilayani dengan baik," ujar Rudi. Ini bukan sekadar efisiensi; ini menciptakan kenyamanan yang mendorong pertumbuhan mobilitas. Pelintas merasa bahwa layanan negara hadir secara profesional dan modern.

Jika menengok data perlintasan manusia, terlihat bagaimana PLBN Entikong memikul volume yang cukup besar. Tahun 2025 mencatat 301.689 keberangkatan dan 289.122 kedatangan, total 590.811 pelintas sepanjang tahun tersebut. Angka itu menunjukkan bahwa setiap hari rata-rata lebih dari 1.600 orang melewati Entikong, mencerminkan perbatasan ini sebagai jalur aktivitas ekonomi, sosial, dan mobilitas pekerja lintas batas.

Menilik data tahun sebelumnya, pola kenaikan dan penurunan terjadi, tetapi intensitas mobilitas tetap konsisten. Tahun 2024 mencatat total pelintas 629.189, sementara 2023 berada di angka 561.245. Lonjakan besar terjadi dari 2022, ketika total pelintas hanya 202.907 akibat efek pandemi yang masih terasa, kemudian melonjak drastis pada tahun-tahun berikutnya saat pembukaan kembali mobilitas internasional.

Jika ditinjau lebih dalam, komponen perlintasan kendaraan pun tidak kalah masif.

Sawit, Entikong SanggauFoto: Emanuella Bungasmara
Sawit, Entikong Sanggau

Pada 2025, terdapat 57.761 kendaraan yang berangkat dan 54.512 yang datang. Angka ini hampir tiga kali lipat dari 2023, yang hanya mencatat 19.864 keberangkatan dan 4.979 kedatangan kendaraan. Perkembangan ini mengindikasikan bahwa gerakan logistik lintas batas melalui jalur darat mengalami peningkatan signifikan.

Di sektor pariwisata lintas batas, PLBN Entikong juga mencatat trafik yang menarik. Pada 2025, tercatat 79.905 kunjungan wisata warga. Angka ini mencerminkan bahwa mobilitas bukan hanya untuk bekerja atau berdagang, tetapi juga aktivitas sosial, budaya, belanja, dan rekreasi.

Warga Sarawak kerap menyeberang ke Indonesia untuk membeli produk-produk tertentu, sementara warga Indonesia, terutama pekerja migran dan keluarga mereka, sering menyeberang untuk keperluan pribadi.

Sayangnya, kondisi di PLBN tidak selalu mencerminkan realitas yang lebih luas. Meski PLBN Entikong sudah mendapatkan akses digital terbaik di kabupaten, wilayah-wilayah lain di Sanggau masih tertinggal.

Data blankspot 2022 dari Dinas Kominfo Kabupaten Sanggau, menunjukkan bahwa masih ada 176 dusun blankspot dari total 865 dusun di seluruh kabupaten. Kendati PLBN memiliki sinyal sangat kuat, desa-desa di sekitarnya masih berjuang.

Meliau, misalnya, memiliki 27 dusun blankspot dari total 82 dusun, angka tertinggi di seluruh Sanggau. Jangkang memiliki 25 dusun blankspot, Tayan Hilir bahkan memiliki 35 dusun blankspot dari total 88. Sementara itu, beberapa kecamatan seperti Sekayam dan Noyan tampak lebih beruntung dengan nol desa blankspot, meskipun tetap memiliki dusun-dusun yang tidak terjangkau sinyal.

Mencermati data khusus Kecamatan Entikong dari BPS, terlihat kontras yang cukup jelas. Meski kecamatan ini terdiri dari lima desa Neka, Semanget, Entikong, Pala Pasang, dan Suruh Tembawang seluruhnya memiliki akses sinyal 5G/4G/LTE dengan kualitas berbeda-beda.

Hanya dua desa yang memiliki sinyal sangat kuat (Semanget dan Entikong), sementara tiga lainnya memiliki sinyal lemah meski jaringan sudah modern. Artinya, bahkan di kecamatan tempat PLBN berada pun masih ada kesenjangan kualitas koneksi.

Penting untuk digarisbawahi bahwa perbatasan seperti Entikong tidak hanya bergantung pada aktivitas formal seperti ekspor, impor, dan pemeriksaan kendaraan.

Ekonomi informal, jual beli bahan makanan, sayur, pakaian, alat rumah tangga, dan kebutuhan harian, juga bergerak mengikuti dinamika perlintasan. Jika sinyal internet terbatas, pelaku ekonomi informal tidak dapat terhubung dengan pasar yang lebih besar.

Laju ekonomi Sanggau tidak hanya ditentukan oleh besarnya nilai uang yang melintas, tetapi oleh efisiensi proses yang memungkinkan pelaku usaha memperoleh margin lebih stabil. Dengan digitalisasi, waktu yang biasa habis untuk menunggu dokumen kini bisa dialihkan untuk produksi, distribusi, dan penjualan.

Tim patroli gabungan optimalisasi fungsi perkarantinaan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong temukan ratusan kilo beras dan minyak goreng di jalur tikus (perlintasan tidak resmi) perbatasan Indonesia Malaysia, Entikong pada Rabu, (3/4). Komoditas tersebut ditemukan pada dua lokasi yang berbeda di sisi kanan PLBN Entikong. (Dok: Badan Karantina Indonesia)Foto: (Dok: Badan Karantina Indonesia)
Tim patroli gabungan optimalisasi fungsi perkarantinaan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong temukan ratusan kilo beras dan minyak goreng di jalur tikus (perlintasan tidak resmi) perbatasan Indonesia Malaysia, Entikong pada Rabu, (3/4). Komoditas tersebut ditemukan pada dua lokasi yang berbeda di sisi kanan PLBN Entikong. (Dok: Badan Karantina Indonesia)

Digitalisasi juga berdampak pada perencanaan ekonomi daerah. Data ekspor yang otomatis masuk ke sistem memungkinkan pemerintah daerah membaca tren perdagangan Entikong dari waktu ke waktu.

Mereka bisa melihat komoditas mana yang naik, mana yang turun, mana yang potensial, dan mana yang perlu diarahkan ulang. Sebagai wilayah yang memiliki keterikatan kuat dengan Malaysia, Sanggau bisa merumuskan strategi pembangunan ekonomi berdasarkan data real time, bukan lagi hanya berdasarkan anggapan.

Pada akhirnya, digitalisasi bukan semata soal teknologi. Ia adalah infrastruktur sosial-ekonomi. Ketika jaringan internet stabil hadir di PLBN, dampaknya berlapis: administrasi negara lebih cepat, keamanan lebih terjaga, mobilitas lancar, perdagangan meningkat, dan transparansi data terbuka.

Namun ketika jaringan tidak merata di wilayah sekitar, potensi ekonomi masyarakat belum bisa berkembang secara optimal.

Entikong telah memberi bukti bahwa kehadiran digitalisasi adalah keniscayaan. Peningkatan nilai ekspor yang signifikan dalam dua tahun terakhir, efisiensi administrasi kepabeanan, dan peningkatan volume perlintasan adalah hasil nyata dari ekosistem informasi yang terhubung. Tetapi pekerjaan besar belum selesai.

Perluasan jaringan seluler ke dusun-dusun blankspot adalah syarat penting untuk memastikan bahwa manfaat PLBN tidak hanya berhenti di tembok kantor, tetapi mengalir ke rumah-rumah warga yang menjadi tulang punggung ekonomi Sanggau.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |