Akses jalan jembatan penyeberangan orang (JPO) di kolong flyover Kalibata, Rawajati, Jakarta Selatan ditutup. Warga yang terpaksa tetap melewati merasa ikut acara televisi Jepang, Banteng Takeshi.
Banyak warga yang merasa kesulitan untuk untuk menyeberang dan mengeluh karena flyover itu pun tak disertai trotoar. Akhirnya beberapa warga nekat memanjat pagar besi JPO tersebut.
Keresahan ini disampaikan salah satu warga bernama Narsim (41). Diketahui banyak warga mengklaim penutupan ini karena kerap terjadi tawuran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ha-ha-ha, kayak di acara TV itu apa dulu? Benteng Takeshi. Kalau ini Benteng Kalibata. Ya gitulah, lewat sini jadi harus manjat, ditutup juga sama saja pada manjat," kata Narsim saat ditemui di lokasi, Jumat (7/2).
"Mau lewat atas flyover, nggak ada trotoarnya. Jadi saingan sama mobil motor kan," tambannya.
Siswa SD Pasrah
Aksi Siswa SD Panjat JPO Kalibata yang Ditutup (Taufiq/detikcom)
"Iya jadi susah buat pulang pergi ke sekolah. Kadang kalau nggak diantar, pagi saya harus lewat sini. Kalau pulang pasti lewat sini," kata Muhammad Juna (12) saat bersua dengan detikcom di lokasi, Jumat (7/2).
Juna mengaku orang tuanya tahu mengenai kondisi akses JPO saat ini. Namun tak ada pilihan lain selain mengakses JPO dengan memanjat untuk menyeberangi Sungai Ciliwung.
"Kalau di sini harus manjat atau lewat samping. Ya bahaya juga sih. Orang tua tahu. Tapi ya mau gimana lagi, jalannya cuma ini," jelas dia.
Memanjat atau melewati pembatas samping JPO berisiko jatuh ke Sungai Ciliwung. Hal itu disadari Juna, namun dia juga menyebut risiko yang sama bila lewat flyover yang tak dilengkapi trotoar.
"Takut sih takut, cuma satu-satunya jalan ke rumah ya lewat sini. Kalau lewat atas susah jalannya, lebih ngeri (tabrak mobil-motor)," jelasnya.
Pedagang Ngeluh Sepi
Atin (52) pedagang gado-gado di kolong flyover mengaku sudah tiga pekan dagangannya sepi karena JPO kolong Kalibata ditutup. (Taufiq S/detikcom)
"Ya jadinya susah kita mau jualan. Kan yang beli di sini banyak juga yang dari sana. Ditutup ya gak jajan di sini, orang ke sana kemari jadi susah," kata Atin saat ditemu detikcom di lokasi, Jumat (7/2).
Atin sudah berdagang selama setahun di lokasi itu, namun baru kali ini dagangannya sepi. Biasanya setiap siang banyak pelanggan datang, kali ini hanya beberapa orang.
Dia menuturkan, penutupan yang berimbas pada sepinya pelanggan karena tawuran yang kerap terjadi di sana. Dia merasa hal itu tak adil, sebab dirinya tak ikut tawuran tapi dagangannya jadi sepi karena tawuran.
"Yang tawuran siapa, yang kena siapa. Rugi di kita, gara-gara tawuran matiin rezeki orang," kata dia.
Tak hanya itu, Atin kerap melihat siswa SD atau SMP yang harus memanjat JPO demi menyeberangi Sungai Ciliwung. Padahal itu berbahaya bagi keselamatan jiwa.
"Anak sekolah itu kasian. Ya yang berani mah manjat, loncat gitu," kata Atin.
(azh/rfs)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu