Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi ekonomi dunia kini telah berubah, menurut pandangan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Terjadi perubahan drastis dari sisi kerja sama ekonomi antar negara, akibat kebijakan proteksionisme Amerika Serikat, melalui penerapan tarif dagang yang tinggi.
Sri Mulyani mengatakan, setelah perang dunia kedua atau World War II, sebetulnya dunia tersadarkan akan pentingnya kerja sama ekonomi antar negara. Ditandai dengan pembentukan berbagai institusi global, seperti IMF, World Bank, hingga WTO.
"Di dalam rangka untuk mengelola perekonomian dunia agar bisa membangun kembali pasca Perang Dunia Kedua," kata Sri Mulyani dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Jakarta, dikutip Kamis (10/4/2025).
Namun, kondisi terkini, institusi global yang telah dibangun itu tak lagi efektif untuk menjaga kerja sama ekonomi dunia. Sri Mulyani mengatakan, penyebabnya, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump telah meninggalkan berbagai institusi tersebut.
"Karena shareholder utamanya, yaitu G7, terutama Amerika Serikat sendiri yang melahirkan institusi ini sekarang tidak lagi percaya pada institusi yang dibuatnya, sehingga memunculkan suatu sistem yang sifatnya unilateral," tuturnya.
Tatanan dunia yang berubah ini menimbulkan kekacauan. Sri Mulyani menganggap, kekacauan tersebut menyebabkan ketidakpastian ekonomi yang sangat tinggi saat ini, hingga memunculkan blok-blok geopolitik atau ekonomi baru seperti munculnya BRICS, hingga sikap inward looking antar negara, alias mementingkan diri sendiri ketimbang kemakmuran bersama.
"Dalam situasi tidak pasti, intensitas dari persaingan yang sangat runcing, menyebabkan setiap negara pasti instingnya adalah menjaga domestiknya. Maka, kebijakan ekonomi menjadi inward looking, my country first, American First, China First, Indonesia First, dan lainnya," tegas Sri Mulyani.
Cara pandang antar negara pun tak lagi ada yang menganggap negara lain sebagai kawan ataupun mitra dagang. Bahkan, antar negara dalam satu kelompok atau blok kerja sama ekonomi yang mereka bangun tidak lagi mengenal istilah pertemanan yang mesti dijaga keberlanjutannya.
"Tidak ada lagi definisi kawan atau lawan. Inilah dunia yang kita hadapi. Kebijakan tarif Amerika menjadi risiko ketidakpastian yang luar biasa, karena kalau kita lihat timelinenya selama satu episode 1 Februari hingga April, dalam dua bulan telah mengubah lanskap perekonomian global," ungkapnya.
Untuk menghadapi situasi ini, pemerintah Indonesia ia pastikan akan tetap berpedoman pada prinsip-prinsip kehati-hatian dan terbuka, serta menjaga ekonomi di dalam negeri tetap berdaya tahan dan lincah untuk menyesuaikan setiap kondisi yang terjadi.
"Jadi inilah situasi yang harus kita hadapi secara sangat open minded, pragmatis, dan pada saat yang sama kita harus agile, cepat, seperti yang disampaikan Pak Presiden dan Pan Menko Perekonomian. Policy apa yang bisa kita lakukan segera dan bisa mengoreksi atau menggunakan opportunity harus bisa kita lakukan sekarang," tegas Sri Mulyani.
(arj/mij)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Sri Mulyani: Jangan Khawatir, APBN RI Tidak Akan Jebol
Next Article Penampakan Barang Ilegal Rp 49 M yang Disikat Sri Mulyani Cs