100 Hari Trump: Presiden AS Pertama yang Membuang Tahta King Dolar

7 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) membukukan kinerja terburuk dalam salah satu sejarah kepresidenan Paman Sam.

Indeks dolar AS merosot tajam sejak era 2.0 Presiden Donald Trump. Indeks bahkan tengah berada di jalur menuju kinerja terburuk dalam 100 hari pertama sebuah masa kepresidenan AS.

Merujuk Refinitiv, indeks dolar sudah turun 9% sejak Trump dilantik sebagai presiden pada 20 Januari 2025 hingga Jumat kemarin (25/4/2025). Sepanjang April, indeks dolar sudah ambruk 4,5% lebih yang menjadikannya penurunan terbesar hingga akhir bulan sejak setidaknya 1973.

Indeks dolar sempat jatuh ke 98,12 pada Senin pekan ini (21/4/2025) atau posisi terendahnya sejak Maret 2022 atau tiga tahun terakhir.

Dalam beberapa dekade terakhir, 100 hari pertama kepresidenan biasanya ditandai dengan penguatan mata uang dolar, dengan rata-rata return sekitar 0,9% dari 1973 (saat Richard Nixon memulai masa jabatan keduanya) hingga 2021 (saat Joe Biden menjabat).

Era Nixon menjadi catatan khusus karena fenomena "Nixon Shock" pada 1971 yang menyebabkan dolar jatuh. Kejatuhan tersebut secara efektif mengakhiri sistem Bretton Woods yang mengatur nilai tukar tetap setelah Perang Dunia II.

Sebagai catatan, Bretton Woods system atau sistem Bretton Woods adalah sistem yang dibentuk pada tahun 1944. Sistem ini merupakan langkah Amerika Serikat (AS) dalam menciptakan tatanan sistem moneter baru di mana emas tidak lagi bisa menjadi nilai tukar tunggal.

AS juga menggunakan dan menetapkan dolar sebagai nilai tukar pengganti emas. Standar emas dan nilai mata uang lainnya akan ditautkan ke nilai dolar AS.

Pada saat itu, 1 gram emas ditautkan kepada US$35. Sistem tersebut ditandatangani oleh 44 negara pada 1944.

Pada masa awal kepresidenan keduanya, Trump menepati berbagai janji kampanyenya, termasuk menerapkan tarif baru dan meningkatkan retorika terhadap China dan mitra dagang AS lainnya. Kebijakan tarif ini mendorong investor untuk mengalihkan dana ke aset di luar Amerika Serikat, melemahkan dolar dan mendorong kenaikan mata uang lain serta harga emas.

Euro, franc Swiss, dan yen masing-masing telah menguat lebih dari 8% terhadap dolar sejak Trump kembali menjabat.

Kinerja dolar dalam 100 hari kerja presiden ASFoto: Bloomberg
Kinerja dolar dalam 100 hari kerja presiden AS

"Keberadaan dolar AS sebagai mata uang dominan dalam perdagangan dan keuangan internasional dibangun atas dasar kepercayaan mendalam terhadap institusi AS, rendahnya hambatan perdagangan dan modal, serta kebijakan luar negeri yang dapat diprediksi," ujar Bipan Rai, Managing Director di BMO Global Asset Management, kepada Bloomberg.

"Sekarang? Ada tanda-tanda jelas erosi, yang menunjukkan pergeseran tren alokasi aset global yang tidak lagi menguntungkan dolar AS. Kami melihat ini sebagai pergeseran struktural," tambahnya.

Inisiatif kebijakan Trump juga meningkatkan risiko resesi di AS, disertai dengan kembali meningkatnya inflasi, yang membatasi ruang bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga.

Komentar Trump terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell, terutama ancamannya untuk memecat Powell juga meningkatkan kekhawatiran investor atas independensi bank sentral AS. Trump kemudian menyatakan bahwa ia tidak berniat memecat Powell.

Sebagai dampaknya, UBS Group AG memangkas proyeksi dolar untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari dua bulan. Para analis menyatakan bahwa kinerja dolar akan sangat bergantung pada hasil ketegangan AS-China, yang belakangan ini tidak menunjukkan banyak kemajuan.

Deutsche Bank AG minggu ini juga memperingatkan adanya tren penurunan struktural untuk dolar dalam beberapa tahun ke depan, yang dapat menyebabkan dolar jatuh ke level terlemahnya dalam lebih dari satu dekade terhadap euro.

Sementara itu, trader spekulatif, termasuk hedge fund dan manajer aset, meningkatkan taruhan terhadap pelemahan dolar pada bulan April. Data dari Commodity Futures Trading Commission menunjukkan bahwa posisi short terhadap dolar mencapai nilai sekitar $13,9 miliar pada minggu yang berakhir 22 April, tertinggi sejak September lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |