Trump Minggir! Xi Jinping Siap Jadi Raja Dunia, Pimpin Lakukan Hal Ini

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - China kembali menegaskan komitmennya untuk membantu negara dunia dengan mengumumkan rencana iklim baru. Ini dilakukan sambil Beijing memberikan teguran terselubung terhadap retorika anti-iklim Presiden Amerika Serikat (AS) sehari sebelumnya di Majelis Umum PBB.

Menyampaikan pidato pada KTT pemimpin iklim yang diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Presiden China Xi Jinping mengatakan dalam pesan video langsung bahwa pada tahun 2035 negaranya akan memangkas emisi gas rumah kaca sebesar 7%-10% dari puncaknya. 

Target pengurangan China menandai pertama kalinya negara penghasil emisi terbesar di dunia menjanjikan pengurangan emisi, alih-alih hanya membatasi pertumbuhannya, meskipun pengurangan tersebut kurang dari yang diharapkan banyak pengamat.

"China berencana untuk meningkatkan kapasitas tenaga angin dan surya hingga enam kali lipat dari level tahun 2020 dalam 10 tahun ke depan, membantu meningkatkan pangsa bahan bakar non-fosil dalam konsumsi energi domestik menjadi lebih dari 30%," kata Xi seperti dikutip oleh Reuters, Kamis (25/9/2025).

Xi mendesak tindakan iklim yang lebih kuat dari negara-negara maju di dunia. Dia merujuk, meskipun tidak menyebutkan nama, pada Amerika Serikat karena menjauh dari tujuan Perjanjian Paris tentang perubahan iklim.

"Transformasi hijau dan rendah karbon adalah tren zaman kita. Meskipun beberapa negara menentang tren ini, komunitas internasional harus tetap berada di jalur yang benar, mempertahankan kepercayaan yang tak tergoyahkan, tindakan yang tak tergoyahkan, dan upaya yang tak berkurang," kata Xi.

Sebelumnya, pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump menggunakan pidatonya di Majelis Umum PBB untuk mengkritik perubahan iklim sebagai "penipuan". Ia menyebut para ilmuwan "bodoh" dan mengkritik negara-negara anggota Uni Eropa dan China karena merangkul teknologi energi bersih.

Trump memerintahkan penarikan kedua oleh Washington dari perjanjian Paris yang berusia 10 tahun, yang bertujuan untuk mencegah suhu global naik melebihi 1,5 derajat Celsius melalui rencana iklim nasional. AS adalah penghasil emisi gas rumah kaca historis terbesar di dunia dan penghasil emisi terbesar kedua saat ini setelah China.

Seorang ilmuwan politik dengan Belfer Center, Ian Bremmer, mengatakan pidato penyangkalan iklim Trump secara efektif telah menyerahkan pasar untuk energi pasca-karbon kepada pihak China. China akan menjadi satu-satunya negara terkuat.

"Trump menginginkan bahan bakar fosil dan AS memang merupakan negara petro-power yang kuat," kata Bremmer.

"Namun membiarkan China menjadi satu-satunya negara elektro-power yang kuat di dunia adalah kebalikan dari membuat Amerika kembali hebat... setidaknya jika Anda peduli dengan masa depan."

Para pengamat melihat bahwa China akan memanfaatkan mundurnya AS sebagai momen untuk mengumumkan target pengurangan setidaknya 30%. Ini dilakukan agar tetap sejalan dengan tujuan masa lalu mereka yaitu emisi nol bersih pada tahun 2060.

Sementara itu, Direktur Pusat Iklim China di Asia Society, Li Shuo, mengatakan pengumuman China tidak mengesankan. Mengingat produksi energi terbarukan dan kendaraan listriknya yang pesat.

"Komitmen Beijing mewakili langkah hati-hati yang memperpanjang tradisi politik yang sudah lama ada dalam memprioritaskan pengambilan keputusan yang stabil dan dapat diprediksi, tetapi juga menyembunyikan realitas ekonomi yang lebih signifikan," katanya.

"Dominasi China dalam teknologi hijau dan mundurnya Washington dapat mendorong China menuju peran yang lebih proaktif di panggung global."


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Australia Garap Proyek 'Penangkal Kiamat' di Bekasi, Ini Penampakannya

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |