Program Prolanis dari BPJS Kesehatan Diharapkan Mampu Tekan Kasus Kronis

9 hours ago 1

Jakarta -

BPJS Kesehatan terus berupaya untuk menekan angka penyakit kronis di Indonesia, khususnya Diabetes Melitus (DM) dan Hipertensi, melalui Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekaligus menekan beban pembiayaan kesehatan.

Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Lily Kresnowati menjelaskan bahwa perubahan pola hidup masyarakat turut berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia. Hal itu diungkapkan olehnya saat membuka kegiatan talkshow dengan tema Sehat Bersama Prolanis, Senin (20/10/2025).

"Di tahun 2024, terdapat 20,5 juta peserta JKN terdiagnosis hipertensi dan 7,4 juta peserta JKN terdiagnosis diabetes melitus. Total pembiayaan yang digunakan untuk pelayanan kesehatan kedua penyakit tersebut mencapai Rp 30,5 triliun, termasuk untuk penanganan penyakit penyerta seperti stroke, gagal ginjal, dan jantung," kata Lily dalam keterangan tertulis, Selasa (21/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lily menyebut pelaksanaan Prolanis diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup peserta dengan pendekatan proaktif dan terintegrasi antara peserta, fasilitas kesehatan, serta BPJS Kesehatan. Menurutnya, melalui tata laksana yang tepat, peserta dengan penyakit kronis dapat tetap produktif dan hidup berkualitas.

Seiring dengan penguatan peran fasilitas kesehatan, jumlah peserta yang terlibat aktif dalam Prolanis pun terus bertumbuh. Hingga Agustus 2025, sebanyak 4,8 juta peserta telah tergabung dalam Prolanis. Dari jumlah tersebut, 3,3 juta peserta merupakan penderita hipertensi dan 2,1 juta peserta penderita diabetes.

"Untuk mendukung peningkatan partisipasi tersebut, BPJS Kesehatan terus memperkuat implementasi Prolanis melalui berbagai bentuk layanan yang mudah diakses oleh peserta," ungkapnya.

"Mulai dari konsultasi kesehatan langsung maupun telekonsultasi, pelayanan obat bulanan, hingga edukasi dan aktivitas fisik melalui klub Prolanis. Selain itu, peserta juga mendapatkan pemeriksaan penunjang rutin seperti tekanan darah, gula darah, HbA1C, kolesterol, serta fungsi ginjal sesuai kebutuhan medis," sambung Lily.

Selain Prolanis, BPJS Kesehatan turut aktif mendorong pelaksanaan skrining riwayat kesehatan sebagai langkah pencegahan dini. Upaya ini menjadi bagian penting dari strategi promotif dan preventif BPJS Kesehatan untuk mendeteksi risiko penyakit sejak awal sebelum berkembang menjadi kondisi kronis.

Melalui kegiatan skrining ini, peserta dapat mengetahui potensi risiko kesehatannya dan memperoleh tindak lanjut medis di FKTP.

"Melalui skrining dan tindak lanjut di fasilitas kesehatan, kami ingin memastikan peserta JKN lebih sadar akan kondisi kesehatannya dan melakukan perubahan gaya hidup sehat sejak dini," jelasnya.

Lily menegaskan keberhasilan program ini membutuhkan dukungan lintas sektor, terutama dalam meningkatkan literasi kesehatan, kepatuhan peserta, dan kapasitas fasilitas kesehatan. Bukan hanya itu, BPJS Kesehatan juga mendorong fasilitas kesehatan untuk lebih aktif melakukan promosi kesehatan, meningkatkan kompetensi tenaga medis, dan memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan agar deteksi dini penyakit kronis dapat dilakukan lebih masif.

"Upaya pengendalian penyakit kronis tidak bisa dilakukan sendiri. Dengan kolaborasi semua pihak, kami optimistis pengelolaan penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi dapat berjalan lebih efektif, sehingga peserta JKN bisa hidup lebih sehat, produktif, dan sejahtera," kata Lily.

Sementara itu, anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional, Mahesa Paranadipa Maikel memandang bahwa Prolanis menjadi investasi jangka panjang Program JKN untuk membuat peserta tetap sehat. Menurutnya, upaya promotif dan preventif sangat penting dilakukan sebagai salah satu langkah menekan potensi pembiayaan penyakit berbiaya katastropik secara signifikan.

Supaya pelaksanaan Prolanis makin optimal, dia melihat perlu adanya penguatan di beberapa lini, di antaranya perluasan penyakit yang dikendalikan seperti penyakit paru obstruktif kronis, hepatitis, hingga skrining kanker.

Bukan hanya itu, dia juga menyoroti agar dilakukan peningkatan terhadap kompetensi tenaga kesehatan hingga penguatan peran klub Prolanis yang dijadikan sebagai wadah dukungan sosial kepatuhan pengobatan antar peserta.

"Kami di DJSN tentu senantiasa melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap program pencegahan penyakit kronis. Namun, upaya ini harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan. FKTP sebagai ujung tombak dalam pengelolaan penyakit kronis harapannya bisa menekan angka penyakit. Harapannya masyarakat yang tergabung dalam Prolanis agar tidak khawatir terhadap pengobatan yang diberikan oleh FKTP," kata Mahesa.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi mengungkapkan bahwa jumlah masyarakat Indonesia berusia di atas 18 tahun yang hidup dengan penyakit tidak menular seperti diabetes melitus (DM) dan hipertensi masih tergolong tinggi, bahkan berpotensi membebani sistem pembiayaan kesehatan.

Menurutnya, fenomena ini menjadi pengingat bahwa upaya deteksi dini dan pengendalian penyakit kronis harus terus diperkuat, terutama melalui layanan kesehatan primer.

"Upaya pertama adalah penguatan promotif dan preventif melalui cek kesehatan gratis. Utamanya juga yang harus diubah adalah perubahan perilaku masyarakat yang umumnya hanya datang ke fasilitas kesehatan ketika sudah sakit," ujar Nadia.

Sementara itu, Kepala Klinik Cahaya Kebagusan Grace Maria Kendek Allo menyebut bahwa pihaknya telah menjalankan aktivitas Prolanis sejak 2015. Dia menilai pelaksanaan kegiatan Prolanis juga masih menemukan tantangan. Untuk itu, dia menegaskan perlunya kerja sama lintas sektor untuk memperkuat promosi dan edukasi melalui berbagai kanal media.

"Untuk menarik minat peserta Prolanis, Klinik Cahaya Kebagusan juga menciptakan inovasi, seperti kegiatan senam bersama yang juga diselingi pemberian hadiah, hingga kegiatan pertemuan di luar kota. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan peserta dalam pengelolaan penyakit kronis secara berkelanjutan," pungkas Grace.

(akn/ega)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |