Jakarta, CNBC Indonesia - Pernahkah Anda bekerja untuk -atau bersama- seorang pemimpin yang benar-benar percaya dan merasa bahwa dirinya adalah orang paling pintar?
Orang-orang ini seringkali sifat karismatik dan dinamis, mampu menarik orang lain dengan semangat dan energi mereka. Tetapi mereka juga berasumsi bahwa siapa pun yang tidak setuju dengan mereka adalah orang yang tidak kompeten, delusi, atau bahkan penyabotase, sehingga mereka menolak pendapat dan ide-ide mereka begitu saja.
Mereka mungkin meminta masukan dari orang lain dan memberikan dukungan semu terhadap ide-ide mereka, tetapi dengan cepat menjadi jelas bahwa "cara saya atau tidak sama sekali."
Perilaku ini memiliki konsekuensi jangka panjang. Hal ini mendorong anggota tim lain untuk keluar dari diskusi atau menahan informasi, karena takut diabaikan jika mereka berbicara. Akibatnya, ide-ide yang lebih baik tidak pernah terwujud; cacat produk ditutupi; praktik tidak etis terus berlanjut tanpa terkendali; kesepakatan disembunyikan.
Mengutip catatan Susan Lucia Annunzio dari The Wall Street Journali, jika atasan Anda bertindak seperti "orang terpintar" dan Anda belum siap untuk berhenti dari pekerjaan Anda, ada tindakan yang dapat Anda ambil untuk menguntungkan Anda dan perusahaan.
Susan Lucia Annunzio adalah CEO dari Center for High Performance. Ia juga merupakan profesor manajemen di University of Chicago Booth School of Business.
Meski demikian, dirinya menegaskan tidak ada satu pun dari cara ini yang dijamin berhasil, tetapi setidaknya akan memberi Anda kesempatan untuk berjuang.
Hindari perebutan kekuasaan
Jangan takut untuk mengungkapkan pendapat Anda, tetapi hindari terlibat dalam perebutan kekuasaan dengan atasan Anda. Anda mungkin berpikir bahwa jika Anda menyajikan fakta dan data untuk mendukung sudut pandang Anda, Anda dapat meyakinkan orang terpintar sekalipun bahwa Anda benar dan mereka salah. Tetapi dalam perebutan kekuasaan, atasan selalu menang.
Bahkan jika atasan Anda menolak sudut pandang atau ide Anda, hal itu mungkin memicu sesuatu yang positif. Seorang klien eksekutif yang pernah diajak Susan bekerja sama mengatakan bahwa atasannya selalu menyebut idenya "bodoh." Dia berkata, "Awalnya, saya mencoba berargumentasi dengannya dan menjelaskan pemikiran saya. Akhirnya, saya menyadari tidak ada gunanya-karena seringkali, dua atau tiga hari kemudian, dia akan kembali dengan antusias untuk memberi tahu saya tentang ide barunya, yang sama persis dengan ide yang saya sarankan sebelumnya."
Ajukan pertanyaan
Jika Anda ingin menantang atasan Anda, cobalah mengajukan pertanyaan yang bijaksana dan tidak konfrontatif yang menjelaskan risiko atau konsekuensi yang tidak diinginkan dari suatu rencana atau keputusan. Contohnya: "Jika kita melakukan ini, apakah hal itu dapat mencegah kita mencapai target pendapatan karena x, y, dan z mungkin terjadi?" Atau, "Mungkinkah keputusan ini secara tidak sengaja dapat merusak moral pekerja?"
Pendekatan percakapan seperti ini dapat memungkinkan orang yang 'paling cerdas' untuk menyimpulkan sendiri bahwa rencana tersebut dapat diperbaiki.
Bangun sekutu
Jangan melawan atasan sendirian. Sebelum diskusi penting, hubungi kolega yang mungkin memiliki pengaruh lebih besar daripada Anda, dan yang menyadari perilaku pemimpin tersebut merusak. Upaya terkoordinasi -di mana banyak suara menyampaikan sudut pandang- menciptakan kredibilitas dan meningkatkan peluang keberhasilan.
Lindungi diri Anda
Jika saran-saran di atas tidak berhasil, Anda mungkin harus menerima bahwa ada beberapa hal yang tidak dapat Anda ubah -dan Anda perlu mencari pekerjaan baru. Susan menyebut dirinya telah melihat para eksekutif berbakat dan brilian yang kepercayaan dirinya terguncang oleh penolakan terus-menerus terhadap pemikiran dan ide-ide mereka.
Jangan jatuh ke dalam perangkap itu. Sebaliknya, ambil pelajaran dari pengalaman tersebut dan persiapkan diri Anda dengan tenang untuk langkah selanjutnya.
Pertama, prioritaskan kesehatan fisik dan mental Anda, terutama jika Anda mengalami tingkat stres yang tinggi. Makanlah dengan baik, cukup tidur, dan luangkan waktu untuk berolahraga atau bermeditasi. Lakukan pekerjaan Anda dengan baik, tetapi jangan melakukan lebih dari itu.
Lepaskan keinginan untuk mendapatkan pujian dan fokuskan upaya Anda pada pelaksanaan "ide atasan," yang dalam beberapa kasus mungkin sebenarnya adalah ide Anda sendiri. Ketika organisasi Anda menikmati kesuksesan karena upaya Anda, rayakanlah -bahkan jika "orang terpintar" bersikeras untuk mengambil pujian.
Dan ingat, bahkan atasan yang paling keras pun bisa menjadi guru. Terkadang kita belajar lebih banyak tentang apa yang tidak boleh dilakukan daripada apa yang harus dilakukan. Anda tahu bagaimana rasanya diabaikan, diremehkan, dan tidak dihormati, yang akan membantu Anda menghindari memperlakukan orang seperti itu ketika Anda berada dalam posisi berwenang.
Para atasan memiliki kekuasaan yang sah, tetapi tidak ada satu orang pun yang memiliki semua jawaban. Para pemimpin yang berpikir demikian sangat keliru.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]


















































