Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) menghadapi tekanan yang dipicu kekhawatiran investor terkait 'AI Bubble'. Popularitas AI disebut-sebut akan menciptakan gelembung yang sama seperti ledakan dotcom pada era akhir 1990-an, yang akhirnya membuat pasar crash hingga 2002.
Pengeluaran jumbo raksasa teknologi untuk membangun infrastruktur AI telah membuat Wall Street bertanya-tanya terkait kemampuan monetisasinya di masa depan. Kecemasan yang sama akhirnya menular ke pasar Asia.
Banyak saham yang terkait AI mengalami penurunan. SoftBank Group adalah salah satu yang anjlok signifikan pada indeks acuan Nikkei 224, dengan penurunan 7,25% pada Rabu (17/12) waktu setempat, dikutip dari CNBC International, Kamis (18/12/2025).
Indeks tersebut memimpin penurunan di Asia, dengan mencatat inus 1,23%. Grup tersebut mengurangi sebagian kerugian dan terakhir diperdagangkan 3% lebih rendah.
Penurunan ini terjadi ketika indeks Nasdaq Composite yang didominasi saham teknologi turun 1,81% semalam, terseret oleh kerugian di Oracle, Broadcom, Nvidia, dan perusahaan-perusahaan AI lainnya.
Kerugian di Oracle terjadi setelah Financial Times melaporkan pada Rabu (17/12) bahwa rencana Blue Owl Capital untuk membiayai pusat data Michigan senilai US$10 miliar milik perusahaan infrastruktur cloud tersebut telah terhenti.
Perusahaan tersebut pekan lalu membantah laporan yang mengatakan bahwa mereka telah menunda beberapa proyek untuk perusahaan AI besar OpenAI hingga tahun 2028.
SoftBank yang berfokus pada teknologi telah mengalami volatilitas tajam pada sahamnya selama sebulan terakhir karena kekhawatiran tentang pengeluaran terkait AI telah mencengkeram pasar.
Pada awal tahun, grup tersebut telah mengungkapkan rencana untuk berinvestasi US$500 miliar dalam infrastruktur AI di AS bersama dengan OpenAI, Oracle, dan mitra lainnya.
Pada September 2025, SoftBank mengumumkan lima lokasi data center AI AS baru di bawah Stargate, platform infrastruktur AI OpenAI yang menyeluruh.
Saham-saham teknologi Jepang lainnya juga turun. Pemasok peralatan semikonduktor Advantest turun hingga 5%. Rekan-rekan mereka seperti Lasertec, Renesas Electronics, dan Tokyo Electron, turun antara 3% dan 4%.
Jesper Koll, direktur ahli di perusahaan jasa keuangan yang berbasis di Tokyo, Monex Group, mengatakan bahwa sebagian besar komponen yang digunakan dalam data center, cloud center, dan hardware pendukung AI dibuat di Jepang, dan hanya dapat dibuat di Jepang.
Hal itu membuat teknologi Jepang, terutama saham-saham terkait AI, lebih rentan terhadap kekhawatiran seputar pengeluaran teknologi AS.
Pada Rabu (17/12), angka perdagangan Jepang menunjukkan bahwa ekspor mesin listrik melonjak 7,4%, dan ekspor terkait semikonduktor melonjak 13% dari tahun ke tahun. Koll mengatakan lonjakan pengeluaran teknologi yang dipimpin AS berdampak pada peningkatan ekspor mesin dan peralatan khusus.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
















































