Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang penutupan tahun, pasar modal kerap menunjukkan dinamika yang berbeda dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Salah satu fenomena yang banyak diperhatikan oleh investor adalah window dressing, yaitu strategi yang dilakukan oleh manajer investasi atau institusi keuangan untuk mempercantik portofolio mereka sebelum laporan kinerja akhir tahun dipublikasikan. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada saham-saham tertentu, tetapi juga sering memberikan sentimen positif pada pasar secara keseluruhan.
Bagi investor ritel, periode ini dapat menjadi peluang untuk meraih keuntungan, asalkan dilakukan dengan perhitungan yang cermat dan strategi yang tepat.
Window dressing pada umumnya dilakukan dengan cara melakukan pembelian terhadap saham-saham unggulan, saham berkapitalisasi besar, atau saham yang sebelumnya memiliki performa kurang baik namun berpotensi untuk rebound. Tujuannya adalah agar portofolio terlihat lebih kuat, stabil, dan meyakinkan ketika laporan akhir tahun dipresentasikan kepada investor atau pemegang unit reksa dana.
Akibatnya, permintaan terhadap saham tertentu dapat meningkat dalam waktu singkat, sehingga memicu kenaikan harga. Kenaikan ini sering kali bersifat musiman namun cukup signifikan untuk dimanfaatkan oleh investor jangka pendek maupun menengah.
Akan tetapi, tidak semua saham akan mendapatkan dorongan dari fenomena window dressing. Oleh karena itu, pemilihan saham menjadi bagian krusial dalam strategi ini. Beberapa kategori saham yang umumnya diincar antara lain:
• Saham berfundamental kuat (blue chip) yang memiliki reputasi stabil.
• Saham indeks, terutama yang masuk dalam indeks utama seperti IHSG, LQ45, atau IDX30, karena sering menjadi acuan bagi manajer investasi.
• Saham sektor yang sedang menjadi fokus pasar, misalnya perbankan, komoditas, atau konsumer, tergantung kondisi ekonomi dan sentimen tahunan.
Investor perlu melakukan analisis tambahan, baik dari sisi fundamental maupun teknikal, untuk memastikan bahwa kenaikan harga memiliki dasar yang kuat dan tidak semata-mata bersifat sementara.
Strategi berburu saham menjelang akhir tahun tidak hanya berkaitan dengan apa yang dibeli, tetapi juga kapan melakukan transaksi. Fenomena window dressing biasanya terjadi dalam rentang waktu yang relatif singkat, yaitu sekitar satu hingga dua minggu sebelum pergantian tahun. Oleh karena itu, investor perlu memperhatikan ritme pasar dengan lebih teliti.
CNBC Indonesia Research telah menganalisa 10 saham blue chip yang memiliki fundamental cukup baik, valuasi murah, konsistensi dalam membagikan dividen, dan memiliki target price yang cukup menarik.
Meskipun potensi cuan di akhir tahun cukup menarik, risiko tetap perlu diperhitungkan dengan matang. Kenaikan harga yang terjadi karena window dressing dapat dengan cepat terkoreksi ketika periode tersebut berakhir atau ketika minat beli melemah.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)

















































