Ogah Kalah dari Emas, Harga Perak Bergerak Ugal-ugalan Sepanjang Pekan

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak menunjukkan volatilitas yang signifikan selama sepekan terakhir, mencatatkan kenaikan impresif hingga menyentuh level tertinggi dalam beberapa tahun sebelum mengalami koreksi. Kenaikan tajam ini didorong oleh kombinasi faktor makroekonomi global, sentimen pasar, dan dinamika penawaran-permintaan yang spesifik pada logam mulia ini.

Berdasarkan data yang dihimpun, harga perak spot di pasar global sempat menembus level psikologis US$54 per troy ounce di pertengahan pekan. Angka ini merefleksikan salah satu level tertinggi yang tercatat dalam beberapa tahun terakhir.

Memasuki akhir pekan, Jumat (17/10/2025), harga perak mengalami sedikit penurunan dan berada di US$51.85 per troy ounce. Meskipun terjadi koreksi, secara mingguan, kinerja perak masih menunjukkan penguatan yang solid dibandingkan posisi pada Jumat (10/10/2025) yang berada di rentang US$50.27 per troy ounce.

Di pasar domestik, pergerakan harga perak turut menyesuaikan dengan tren global. Harga perak batangan murni di sejumlah penyedia lokal sempat menyentuh level di atas Rp29.000 per gram

Faktor Pendorong Kenaikan Harga Perak

Serangkaian katalis positif menjadi bahan bakar utama bagi lonjakan harga perak dalam sepekan. Analisis mendalam menunjukkan setidaknya ada empat faktor kunci yang saling berkaitan:

  1. Eskalasi Ketegangan Dagang AS-China: Sentimen di pasar keuangan global kembali memanas seiring dengan munculnya kembali ketegangan antara Amerika Serikat dan China. Perkembangan ini mendorong pelaku pasar untuk beralih ke aset aman (safe haven), di mana logam mulia seperti emas dan perak menjadi pilihan utamanya. Peningkatan permintaan sebagai aset lindung nilai inilah yang menjadi pendorong awal kenaikan harga.

  2. Ekspektasi Pelonggaran Moneter The Fed: Pasar semakin mengantisipasi langkah bank sentral AS, The Federal Reserve, untuk memangkas suku bunga acuannya. Ekspektasi ini dipicu oleh rilis data ekonomi AS yang menunjukkan potensi perlambatan. Penurunan suku bunga akan membuat dolar AS menjadi kurang menarik, sehingga mendorong investor untuk beralih ke aset lain yang tidak memberikan imbal hasil seperti perak. Pelemahan dolar AS secara umum membuat harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut, termasuk perak, menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

  3. Tekanan Pasokan dan Short Squeeze di London: Salah satu faktor teknikal yang signifikan adalah terjadinya tekanan pada pasokan fisik perak di pasar London, yang merupakan salah satu pusat perdagangan logam mulia terbesar di dunia. Situasi ini diperparah oleh adanya short squeeze, di mana investor yang sebelumnya bertaruh pada penurunan harga terpaksa membeli kembali kontrak mereka untuk menutupi kerugian, sehingga mendorong harga naik lebih tinggi secara cepat.

  4. Permintaan Fisik yang Kuat dari Industri dan India: Berbeda dengan emas yang mayoritas penggunaannya untuk investasi dan perhiasan, perak memiliki peran ganda sebagai logam industri. Permintaan dari sektor manufaktur, terutama untuk panel surya dan kendaraan listrik, terus menunjukkan tren peningkatan. Di sisi lain, permintaan musiman dari India, salah satu konsumen perak terbesar di dunia, juga turut mengerek harga, terutama menjelang festival Dhanteras yang jatuh pada pekan ini.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/luc)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |